Jakarta, faktapers.id — Ratusan massa buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jalan MH Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat pagi (20/6/2025). Aksi yang berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 11.40 WIB itu berlangsung damai dan diikuti sekitar 150 orang dipimpin Pj. Ahmadi Ezatullah.
Dalam aksinya, KSPI menyuarakan penolakan terhadap konflik bersenjata antara Iran dan Israel, serta mengecam keras genosida yang terjadi di Gaza, Palestina. Massa membawa berbagai spanduk dan poster yang bertuliskan “Stop Genosida di Gaza Palestina”, “Stop Perang Iran-Israel”, “#FreePalestine”, dan “Desak Mesir Buka Perbatasan Rafah”.
Seruan Damai dan Keadilan Kemanusiaan
Melalui berbagai orasi, para pengunjuk rasa menekankan bahwa konflik Iran-Israel tidak hanya soal geopolitik dua negara, melainkan ancaman besar terhadap perdamaian dunia. Mereka menyuarakan keprihatinan atas korban sipil yang terus berjatuhan dan menegaskan bahwa perang hanya meninggalkan kehancuran, luka, dan masa depan yang porak-poranda.
“Stop menjadikan rakyat sebagai korban atas ambisi kekuasaan! Ini bukan sekadar konflik, ini pembantaian yang tak bisa lagi ditoleransi,” teriak salah satu orator.
Para peserta juga mendesak PBB agar tidak hanya menjadi penonton, tetapi berani bertindak sebagai pelindung perdamaian dunia yang sejati.
Pernyataan Resmi Said Iqbal: Seruan Buruh Indonesia untuk Dunia
Dalam konferensi persnya, Presiden KSPI Said Iqbal menyampaikan tujuh tuntutan utama:
1. Hentikan perang Iran-Israel dan segala bentuk kekerasan bersenjata.
2. Akhiri genosida terhadap rakyat Gaza dan wilayah konflik di Timur Tengah.
3. Desak Dewan Keamanan PBB segera mengirim pasukan perdamaian dan menekan gencatan senjata.
4. Minta Pemerintah Indonesia aktif dalam diplomasi perdamaian serta mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke Timur Tengah.
5. Mendesak Mesir membuka Perbatasan Rafah agar bantuan kemanusiaan dapat disalurkan ke Gaza.
6. Memperingatkan AS agar tidak memperkeruh konflik, yang berisiko memicu Perang Dunia III.
7. Mengingatkan bahwa dampak ekonomi global akan menimpa rakyat kecil di Indonesia, terutama buruh, petani, dan nelayan akibat lonjakan harga bahan pokok.
“Kami tidak diam. Kaum buruh Indonesia berdiri untuk kemanusiaan, untuk perdamaian dunia, dan untuk masa depan yang lebih baik,” tegas Iqbal.
Sekitar pukul 11.22 WIB, massa menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” sebagai penutup simbolik perjuangan moral mereka. Aksi kemudian dibubarkan secara tertib pada pukul 11.40 WIB tanpa insiden apapun. Situasi di lokasi tetap aman dan kondusif hingga akhir kegiatan.
Aksi ini mencerminkan bagaimana solidaritas buruh Indonesia tidak hanya terbatas pada isu domestik, tetapi juga menyuarakan keadilan global dan kemanusiaan lintas batas.
[]