Jakarta, faktapers.id — Ancaman konflik berskala besar antara Iran dan Israel yang berpotensi melibatkan Amerika Serikat menjadi sinyal bahaya bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Laporan terbaru dari analis Macquarie memperingatkan bahwa jika Presiden AS Donald Trump memutuskan menyerang Iran, Indonesia akan menghadapi tiga krisis serius sekaligus: krisis energi, krisis ekonomi, dan krisis nilai tukar.
1. Krisis Energi: Lonjakan Harga Minyak Tak Terhindarkan
Sebagai negara pengimpor minyak, Indonesia sangat rentan terhadap gejolak pasokan global. Macquarie menilai bahwa intervensi militer AS terhadap infrastruktur nuklir Iran akan memicu gangguan serius di kawasan Teluk dan menyebabkan lonjakan tajam harga minyak dunia.
Kondisi ini akan langsung berdampak pada harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri. Kenaikan harga minyak mentah global tak hanya menekan subsidi energi pemerintah, tapi juga memicu inflasi yang meluas di seluruh sektor.
“Kejutan pasokan akan menambah ketakutan stagflasi yang sudah ada,” tulis Macquarie dalam laporan yang dikutip dari Investing.com, Minggu (22/62025).
2. Krisis Ekonomi: Ancaman Stagflasi Bayangi Pertumbuhan
Dampak berikutnya adalah risiko stagflasi, sebuah kondisi ekonomi yang sangat berat di mana pertumbuhan ekonomi melambat tetapi inflasi melonjak. Dengan biaya energi dan logistik yang meningkat, sektor manufaktur nasional dapat mengalami perlambatan, sementara daya beli masyarakat terus menurun.
Kondisi ini menjadi mimpi buruk bagi Indonesia, yang tengah berupaya menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi pasca-pandemi dan tengah menghadapi ketidakpastian global lainnya.
3. Krisis Nilai Tukar: Rupiah Tertekan, Volatilitas Mengancam
Ketegangan geopolitik biasanya mendorong investor global mencari aset safe haven seperti Dolar AS, menyebabkan penguatan dolar dan tekanan terhadap mata uang negara berkembang seperti rupiah. Namun Macquarie mencatat bahwa jika intervensi AS tidak berjalan sesuai harapan, Dolar AS bisa melemah tajam dalam jangka menengah—menambah ketidakpastian bagi pasar keuangan global.
“Jika keterlibatan AS tidak berhasil, USD akan menderita—sangat besar, dan seiring waktu,” jelas Macquarie, mengingatkan situasi pasca-9/11.
Pemerintah Perlu Siap Hadapi Skenario Terburuk
Meskipun peluang diplomasi masih terbuka, Macquarie menekankan bahwa kemungkinan skenario terburuk tetap tinggi. Pemerintah Indonesia perlu menyiapkan skenario mitigasi, baik dalam menjaga ketahanan energi, mengendalikan inflasi, maupun memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.
Tanpa langkah antisipatif, ketiga krisis ini dapat saling memperparah dan mengganggu stabilitas ekonomi nasional secara menyeluruh. Ketahanan dalam menghadapi gejolak global kini menjadi kebutuhan mendesak.
[]