JawaSeni Budaya

Grebeg Pasar Masaran Cawas, Legislator Jateng Soroti Peran Pasar Tradisional Sebagai Poros Budaya dan Ekonomi

265
×

Grebeg Pasar Masaran Cawas, Legislator Jateng Soroti Peran Pasar Tradisional Sebagai Poros Budaya dan Ekonomi

Sebarkan artikel ini

Klaten, faktapers.id – Suasana meriah menyelimuti kawasan Pasar Masaran, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, saat ratusan warga dan pelaku seni mengarak gunungan berisi hasil bumi, jajanan pasar, dan buah-buahan dalam rangkaian acara Grebeg Pasar Wangi, Sabtu (5/7/2025). Di balik kemeriahan ini, terselip pesan kuat tentang pelestarian budaya lokal dan penguatan eksistensi pasar tradisional yang kini mulai tergerus oleh laju digitalisasi.

Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah dari Fraksi PDI Perjuangan, Kadarwati, hadir dan memberikan apresiasi tinggi terhadap gelaran budaya ini. Menurutnya, kegiatan semacam ini bukan sekadar tontonan, namun sebuah bentuk nyata dari upaya membangkitkan kembali identitas budaya lokal, sekaligus menguatkan fungsi pasar tradisional sebagai pusat ekonomi kerakyatan.

“Kalau saya lihat, kegiatan seperti ini sangat bagus dan harus dilestarikan. Grebeg pasar bukan hanya menghidupkan suasana, tapi juga mengingatkan kita semua bahwa pasar tradisional adalah denyut nadi ekonomi rakyat. Di sinilah interaksi langsung antara penjual dan pembeli terjadi, penuh ikatan emosional dan bahkan ada seni dalam tawar-menawar. Ini budaya yang tidak bisa digantikan oleh platform online,” ujar Kadarwati.

Dia pun juga menegaskan bahwa keunikan pasar tradisional harus tetap dijaga, meski di tengah gempuran pasar digital. Menurutnya, grebeg pasar bisa menjadi ikon wisata lokal yang menarik wisatawan, termasuk dari mancanegara, jika dikemas dengan narasi budaya yang kuat dan promosi yang tepat.

“Kalau Bali punya agenda budaya yang jadi daya tarik turis asing, kenapa Klaten tidak? Kita punya potensi besar. Bayangkan jika grebeg pasar ini dipromosikan sebagai tontonan rakyat yang otentik lengkap dengan seni tradisi, arak-arakan gunungan, sampai wayang kulit semalam suntuk. Itu bukan hanya wisata budaya, tapi juga bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur,” imbuhnya.

Senada, Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, turut memberikan tanggapan positif atas semangat kolektif para pedagang dan masyarakat dalam menjaga budaya lokal lewat agenda tahunan ini. Ia menyebut kegiatan seperti ini sebagai cermin sinergi antara pelaku ekonomi rakyat dengan pelestari budaya.

“Ini bukan sekadar hiburan, tapi wujud rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas rejeki yang diterima. Pemkab Klaten sangat mendukung setiap inisiatif berbasis kearifan lokal, apalagi jika didukung secara swadaya seperti ini. Pasar Masaran Cawas hari ini telah menjadi contoh, bagaimana ekonomi dan budaya bisa berkolaborasi menciptakan kebanggaan daerah,” ujarnya.

Sementara itu, Riyanto selaku Ketua Paguyuban Warung Bengi (Wangi) Pasar Masaran Cawas menjelaskan bahwa gelaran grebeg pasar sepenuhnya digagas dan didanai dari iuran para pedagang sebesar Rp2.000 per malam. Menurutnya, kegiatan ini adalah bentuk rasa syukur dan semangat menjaga warisan budaya desa-desa di Kecamatan Cawas.

Puncak acara akan digelar malam hari dengan pentas wayang kulit semalam suntuk, menampilkan dalang lokal dan lakon-lakon yang menyuarakan nilai-nilai luhur budaya Jawa. Dengan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap akar budaya.

Grebeg Pasar Masaran Cawas menunjukkan bahwa pelestarian budaya bisa berjalan seiring dengan penguatan ekonomi rakyat. Dan dari sebuah pasar kecil di Klaten, gema budaya lokal kembali membangkitkan harapan besar: menjaga jati diri, membangun ekonomi, dan mengundang dunia untuk datang menyaksikan.

(Madi)