JabodetabekTranportasi

Operasi Patuh Jaya 2025 Dimulai: Satlantas Jakarta Barat Prioritaskan Edukasi Humanis untuk Keselamatan Berkendara

97
×

Operasi Patuh Jaya 2025 Dimulai: Satlantas Jakarta Barat Prioritaskan Edukasi Humanis untuk Keselamatan Berkendara

Sebarkan artikel ini
Operasi Patuh Jaya 2025 resmi dimulai hari ini di Jakarta Barat, ditandai dengan pendekatan yang humanis dan edukatif oleh Satuan Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Barat

Jakarta, faktapers.id – Operasi Patuh Jaya 2025 resmi dimulai hari ini di Jakarta Barat, ditandai dengan pendekatan yang humanis dan edukatif oleh Satuan Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Barat. Berbeda dari citra penindakan semata, hari pertama operasi ini berfokus pada sosialisasi dan edukasi di berbagai titik padat lalu lintas, termasuk Traffic Light (TL) Tomang.

Personel Satlantas Jakarta Barat terlihat aktif menyapa pengendara, membagikan brosur keselamatan, dan membentangkan spanduk berisi informasi terkait Operasi Patuh Jaya 2025. Pendekatan persuasif ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya tertib berlalu lintas.

Kaur Bin Ops Satlantas Jakarta Barat, AKP Sudarmo, menjelaskan bahwa fokus utama pada tahap awal operasi ini adalah mengedukasi pengendara tentang tujuan dan prioritas pelanggaran yang akan disasar. “Kami ingin masyarakat memahami bahwa operasi ini bukan semata-mata untuk menindak, tapi lebih kepada mengingatkan dan mengajak bersama menjaga keselamatan berlalu lintas,” tegasnya.

Operasi Patuh Jaya 2025 akan berlangsung selama dua pekan, mulai 14 hingga 27 Juli 2025. Pihak kepolisian berharap, dengan edukasi yang masif ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya disiplin berlalu lintas dapat meningkat signifikan, sehingga berdampak pada penurunan angka kecelakaan.

Tujuh Prioritas Pelanggaran dalam Operasi Patuh Jaya 2025

Dalam operasi ini, Satlantas Jakarta Barat akan memprioritaskan penindakan terhadap tujuh jenis pelanggaran yang kerap menjadi pemicu kecelakaan, yaitu:
* Penggunaan ponsel saat berkendara.
* Pengemudi/pengendara di bawah umur.
* Berboncengan lebih dari satu orang.
* Tidak menggunakan Helm SNI atau safety belt.
* Berkendara di bawah pengaruh alkohol.
* Pengendara yang melawan arus lalu lintas.
* Berkendara melebihi batas kecepatan.

Dengan senyum ramah dan pesan keselamatan yang disampaikan secara persuasif, petugas berupaya menciptakan suasana yang kondusif agar masyarakat dapat menerima informasi dengan baik. Diharapkan, pendekatan humanis ini akan lebih efektif dalam menanamkan kesadaran tertib berlalu lintas demi keselamatan bersama.

(Uaa)