Blitar, faktapers.id – Dunia pendidikan Blitar tercoreng dengan insiden memilukan selama kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di sebuah SMP. Seorang siswa baru kelas 7 menjadi korban penganiayaan brutal oleh sekitar 20 siswa seniornya. Peristiwa nahas ini terjadi di balik toilet sekolah dan mencuatkan kembali kekhawatiran serius akan praktik kekerasan di lingkungan pendidikan.
Berdasarkan informasi yang beredar, korban yang masih sangat muda ini mengalami luka-luka akibat pengeroyokan. Motif di balik penganiayaan massal ini masih dalam penyelidikan pihak berwenang. Namun, dugaan kuat mengarah pada aksi ‘balas dendam’ atau praktik perpeloncoan yang kelewat batas, sebuah fenomena yang seharusnya sudah tidak ada dalam sistem pendidikan modern.
Insiden ini sontak menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Blitar dan memicu kecaman keras dari berbagai pihak. Banyak yang menuntut agar pihak sekolah bertanggung jawab penuh dan aparat kepolisian mengusut tuntas kasus ini hingga ke akar-akarnya.
Pihak sekolah, yang identitasnya belum dirilis secara resmi, kini tengah menjadi sorotan tajam.
Pertanyaan besar muncul terkait pengawasan selama MPLS dan langkah-langkah pencegahan kekerasan yang telah diterapkan. Dinas Pendidikan setempat juga diharapkan segera turun tangan untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang di sekolah lain, serta memberikan pendampingan psikologis bagi korban dan penindakan tegas bagi para pelaku.
Kasus ini menjadi alarm keras bagi seluruh pihak terkait untuk lebih serius dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan bebas dari segala bentuk kekerasan, terutama bagi siswa-siswa baru yang sedang beradaptasi dengan lingkungan pendidikan yang baru.