JawaSeni Budaya

Saparan di Jatinom Akan Digelar: Bukti Warisan Budaya Luhur, Mengakar dalam Spirit Sedekah dan Pelestarian Tradisi

418
×

Saparan di Jatinom Akan Digelar: Bukti Warisan Budaya Luhur, Mengakar dalam Spirit Sedekah dan Pelestarian Tradisi

Sebarkan artikel ini
Tradisi budaya tahunan Saparan Yaqowiyyu

Klaten, faktapers.id – Tradisi budaya tahunan Saparan Yaqowiyyu kembali akan digelar dengan semarak oleh masyarakat Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, pada tahun 2025. Tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini menjadi bukti nyata pelestarian warisan leluhur yang mengakar kuat dalam kehidupan sosial, spiritual, dan budaya masyarakat setempat.

Dipusatkan di kawasan petilasan Ki Ageng Gribig, seorang tokoh penyebar agama Islam sekaligus ulama kharismatik di abad ke-17, perhelatan Saparan Yaqowiyyu tidak hanya dikenal karena pembagian kue apem sebagai simbol sedekah, namun juga karena keberhasilannya menjaga harmoni antara nilai-nilai religius, seni, ekonomi kerakyatan, serta pelestarian lingkungan.

Menurut Camat Jatinom, Agus Sunyata, persiapan tahun 2025 ini melibatkan kolaborasi berbagai elemen masyarakat, mulai dari tokoh agama, budayawan, Pengelola Pelestari Peninggalan Kyai Ageng Gribig (P3KAG), hingga pemerintah desa dan kecamatan. “Kami berkomitmen untuk terus nguri-uri budaya ini, tanpa meninggalkan pakem yang telah diwariskan secara turun-temurun,” ungkapnya.

Rangkaian Acara Dimulai 31 Juli 2025

Pembukaan acara akan ditandai dengan prosesi “Ambuko Songsong Winadi” yang secara simbolis menggambarkan pembukaan saparan dan “Mekrok Payung”, yang bermakna kesiapan menyambut bulan Safar.

Rangkaian budaya kemudian dilanjutkan dengan kirab budaya sepanjang Jalan Tangkilan hingga Pasar Gabus, menampilkan kesenian khas seperti marching band dan ondel-ondel, serta perjalanan spiritual ke makam Ki Ageng Gribig.

Tanggal 1 Agustus akan diisi dengan Pawai Budaya dan Potensi Desa, mengangkat kekayaan budaya dari seluruh desa yang ada di Kecamatan Jatinom. Disusul pertunjukan Reog dan Jatilan pada 2 Agustus serta Festival Drumband dan Gladen Ageng Jemparingan Nasional pada 3 Agustus yang akan digelar di Lapangan Karangsari, Desa Pandean.

Memperkuat Ekonomi dan Identitas Lokal

Menariknya, tahun ini juga diadakan Festival Gerobak Sapi dan Pasar Sapi pada 5 Agustus, menguatkan identitas Jatinom sebagai kawasan agraris dan peternakan unggulan sebagaimana tertuang dalam Perda Nomor 10 Tahun 2021 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Ratusan peternak dari berbagai kecamatan dijadwalkan berpartisipasi dalam acara ini, sekaligus mengangkat potensi ekonomi masyarakat lokal.

Kirab Apem: Puncak Sakralitas Yaqowiyyu

Puncak acara Saparan Yaqowiyyu akan berlangsung pada Jumat, 8 Agustus 2025, dengan kirab gunungan apem yang akan dimulai dari halaman Kantor Kecamatan menuju Masjid Alit dan Masjid Gede Jatinom.

Kemudian, apem-apem tersebut disemayamkan terlebih dahulu dan didoakan dalam rangkaian dzikir, khataman bil ghaib, serta doa bersama di malam sebelumnya sebagai bentuk permohonan berkah dan keselamatan.

Sebagai simbol sedekah, apem dibagikan kepada ribuan masyarakat usai salat Jumat. Dalam kepercayaan warga, apem yang didapat membawa berkah dan keselamatan, serta menjadi sarana tabarruk dari Ki Ageng Gribig.

Tradisi Inklusif, Daya Tarik Wisata Budaya

Menariknya, penyelenggaraan Yaqowiyyu tahun ini semakin inklusif dan semarak dengan tambahan acara Kenduri Seni dan Car Free Night, serta pameran UMKM di Padepokan Asomat Jatinom, melibatkan para pelaku ekonomi kreatif, seniman, hingga anak-anak sekolah dalam pentas budaya bertajuk “Yaqowiyyu Anak Negeri ke-23”.

Dari tahun ke tahun, antusiasme masyarakat terus meningkat, bahkan wisatawan mancanegara turut hadir menyaksikan langsung prosesi budaya yang sarat makna ini. Meski menghadapi tantangan anggaran, Pemerintah Kecamatan Jatinom tetap optimistis menjaga keberlangsungan tradisi.

“Kami mengetuk hati masyarakat untuk bersedekah, karena semangat utama dari Yaqowiyyu adalah berbagi,” tutur Agus Sunyata, saat ditemui diruang kerjanya, Kamis (24/7/2025).

Menjaga Pakem, Menyesuaikan Zaman

Meski dikembangkan secara inovatif, seluruh rangkaian acara tetap berpegang pada pakem utama tradisi. Pembagian apem tetap dilakukan setelah salat Jumat sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual dan warisan leluhur. Ini sekaligus menjadi pesan penting bahwa dalam mengembangkan tradisi, masyarakat tetap menjunjung tinggi nilai-nilai adiluhung.

Saparan Yaqowiyu Jatinom 2025 bukan sekadar ritual tahunan, melainkan cerminan keberhasilan masyarakat Klaten menjaga jati diri, merawat keberagaman budaya, dan menumbuhkan semangat gotong royong demi masa depan yang lebih bermakna.

(Madi)