JawaSosial

Upacara Khidmat, Joged Meriah : Cara Unik Warga Sumberejo Rayakan 17 Agustus

330
×

Upacara Khidmat, Joged Meriah : Cara Unik Warga Sumberejo Rayakan 17 Agustus

Sebarkan artikel ini

Klaten, faktapers.id – Perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia di Dukuh Gudang, Desa Sumberejo, Kecamatan Klaten Selatan tahun ini berlangsung istimewa. Tak hanya diwarnai upacara yang khidmat, tetapi juga dimeriahkan dengan nuansa nostalgia yang unik mengundang senyum setiap orang yang hadir.

Sejak pagi, warga sudah memadati tanah kosong yang dijadikan lapangan upacara. Semangat tampak dari wajah-wajah mereka, mulai dari anak-anak sekolah, remaja, hingga orang tua yang dengan bangga mengenakan pakaian unik bernuansa jadul.

Selain lurik khas Jawa, ada pula yang tampil nyentrik ala 70-an dengan celana cutbray, jaket kulit, kemeja flanel kotak-kotak, hingga kacamata besar yang membuat suasana makin meriah. Lapangan kampung pun seolah berubah menjadi panggung kenangan.

Inspektur Upacara, Bambang, dalam amanatnya menyampaikan pesan mendalam. Ia mengingatkan bahwa perjuangan hari ini berbeda dengan masa lalu. Menurutnya, musuh besar saat ini adalah perang melawan kemiskinan.

“Kalau dulu para pejuang mengangkat senjata, hari ini kita berjuang melawan kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, dan kerusakan lingkungan. Mari kita isi kemerdekaan dengan keberanian, integritas, dan semangat untuk maju bersama,” ucapnya lantang.

Usai upacara, suasana berubah cair. Dentuman musik lawas mengalun, menghadirkan irama nostalgia yang akrab di telinga generasi tua, sekaligus terasa segar bagi generasi muda. Lagu-lagu populer di era 70-an hingga 90-an mengiringi warga berjoged bersama.

“Tak ada batas antara anak-anak, pemuda, hingga ibu-ibu PKK semua larut dalam kegembiraan. Rasanya seperti kembali muda lagi. Lagu-lagu ini mengingatkan masa sekolah dulu,” kata Sumarni (54), salah satu warga yang ikut berjoged sambil tertawa lepas bersama teman-temannya.

Bagi generasi muda, suasana jadul ini justru jadi pengalaman baru. “Seru banget, biasanya kan 17-an identik lomba atau karnaval. Ini beda, bisa ngerasain suasana vintage,” ujar Rian (17), sambil menunjukkan kacamata besar yang sengaja ia pakai untuk tampil gaya.

Kebersamaan itu membuat perayaan kemerdekaan di Sumberejo tak sekadar seremonial. Tempat itu menjadi ruang perjumpaan lintas usia, tempat cerita lama bertemu semangat baru, dan bukti bahwa kemerdekaan bisa dirayakan dengan cara yang hangat sekaligus penuh makna.

Perayaan ini menegaskan satu hal yaitu kemerdekaan bukan hanya diperingati, tetapi juga dirayakan dengan tawa, joged, dan busana jadul. Warga Sumberejo menghidupkan kembali semangat gotong royong bahwa Indonesia maju dimulai dari kebersamaan di desa-desa yang sederhana namun penuh cinta tanah air.

(Reporter : Ani Sumadi)