Faktapers.id | Jakarta – Beberapa waktu terakhir, dinamika sosial di berbagai wilayah menjadi ujian tersendiri bagi para kepala daerah. Situasi yang bergerak cepat tentu tidak mudah dihadapi, apalagi dengan tekanan masyarakat yang begitu tinggi.
Jakarta Barat termasuk salah satu daerah yang mendapat tantangan cukup besar. Gelombang demonstrasi yang berlangsung sejak Senin (25/8) menyisakan berbagai cerita. Tak hanya korban jiwa yang berjatuhan, perusakan fasilitas umum (fasum) juga banyak terjadi.
Salah satunya di Jakarta Barat. Fasilitas umum berupa Flyover Slipi mengalami rusak parah. Namun Walikota Jakarta Barat, Uus Kuswanto, mampu menunjukkan ketegasan sekaligus ketenangan dalam memimpin. Sebanyak 500 personel Pasukan Pelangi Pemerintah Kota Jakarta Barat dikerahkan untuk memperbaiki Flyover tersebut.
“Alih-alih mencari sorotan, beliau justru mengarahkan seluruh energi untuk mempercepat pemulihan pelayanan publik. Fasilitas yang sempat terganggu segera diperbaiki, koordinasi lintas sektor digerakkan, dan warga diberi rasa aman melalui langkah-langkah nyata, ” kata Tokoh Pemuda Jakarta Barat, H. Umar Abdul Aziz, Sabtu (5/9/2025).
Menurut Umar, keputusan Walikota Jakarta Barat untuk bekerja dalam senyap namun tetap terukur memperlihatkan kedewasaan dalam kepemimpinan.
“Tidak terjebak pada panggung popularitas, Bapak Uus lebih memilih meninggalkan hasil yang benar-benar dirasakan masyarakat, ” ucapnya.
Sikap seperti inilah yang menumbuhkan keyakinan warga, bahwa kepemimpinan sejati bukan soal seberapa sering tampil di depan kamera, melainkan seberapa besar manfaat yang bisa dirasakan oleh orang banyak.
Popularitas Bukan Tujuan Akhir

Menurut Robert K. Greenleaf yang seorang pelopor konsep servant leadership (kepemimpinan melayani), berpendapat bahwa pemimpin sejati pertama-tama adalah seorang pelayan.
Mereka ada untuk melayani dan memberdayakan orang-orang yang mereka pimpin, bukan untuk dilayani.
Kepemimpinan seperti ini berakar pada kerendahan hati, empati, dan komitmen untuk membantu orang lain berkembang. Mereka tidak mencari kekuasaan atau status, melainkan mencari cara untuk berkontribusi.
Singkatnya, pemimpin sejati tidak mengejar popularitas, melainkan membangun kepercayaan dan memberikan dampak nyata. Mereka fokus pada inti dari kepemimpinan: integritas, keberanian, visi, dan pelayanan.
Popularitas mungkin datang sebagai hasil dari tindakan mereka, tetapi itu bukanlah tujuan akhir. Sebaliknya, tujuan mereka adalah untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, satu keputusan sulit pada satu waktu.