JawaSosial

Menjaga Rasa Merawat Tradisi, Kadarwati Bagikan Jenang Sumsum dalam Jumat Berkah di Jatipuro

528
×

Menjaga Rasa Merawat Tradisi, Kadarwati Bagikan Jenang Sumsum dalam Jumat Berkah di Jatipuro

Sebarkan artikel ini

Klaten, faktapers.id – Di tengah derasnya arus modernisasi dan kehidupan yang serba cepat, nilai-nilai kearifan lokal dan budaya tradisional masih terus dijaga oleh sebagian masyarakat Jawa. Salah satunya terlihat dalam kegiatan bertajuk “Jumat Berkah” yang digelar secara sederhana namun sarat makna oleh Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, Kadarwati, dari Komisi B Fraksi PDI Perjuangan.

Bertempat di Jalan Ngaran-Cawas, tepatnya Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk, Klaten, ratusan warga dan pengguna jalan disambut dengan senyum hangat serta sepaket jenang sumsum makanan tradisional khas Jawa yang kental akan filosofi dan nilai-nilai kehidupan.

Kadarwati mengungkapkan bahwa kegiatan ini dilandasi oleh keinginan untuk kembali pada akar budaya dan memperkuat rasa sosial antarwarga. “Kita ini orang Jawa, dari kecil diajari untuk berbagi, untuk hidup guyub rukun. Dan hari ini, ketika kita sedang longgar, sedang santai di rumah, rasanya kok kangen ingin berbagi jenang sumsum bareng-bareng,” ujarnya, usai kegiatan, Jumat (12/9/2025).

Lebih dari sekadar makanan, jenang sumsum memiliki makna yang mendalam dalam tradisi Jawa. Terbuat dari bahan-bahan sederhana tepung beras putih dan kuah gula merah makanan ini mengandung filosofi kehidupan yang begitu kaya.

“Putihnya jenang melambangkan ketulusan niat dan hati yang bersih dalam berbagi. Sementara manisnya gula merah adalah simbol dari kehangatan, kebahagiaan, dan manisnya rasa kebersamaan,” jelas Kadarwati.

Ia menambahkan, dalam budaya Jawa, jenang sumsum sering disajikan dalam momen-momen penting kelahiran, syukuran, hingga momen doa bersama. Filosofinya sederhana namun kuat, “Biar tulus sak onde-onde,” yang bermakna berbagi dengan hati yang tulus, tanpa pamrih sekecil apapun yang dibagi, akan terasa besar jika dilakukan bersama dan dengan niat baik.

Sekitar 500 hingga 1.000 cup porsi jenang sumsum dibagikan kepada warga dan pengendara yang melintas. Respon masyarakat pun luar biasa. Senyum-senyum kecil, tawa ringan, dan ucapan terima kasih membuat suasana menjadi hangat. “Capek pulang kerja langsung hilang. Dapat jenang, rasa capeknya seperti larut di manisnya gula merah itu,” ucap salah satu warga.

Kadarwati menekankan bahwa kegiatan ini juga bagian dari pendidikan sosial kepada generasi muda. Anak-anak yang ikut serta dalam pembagian jenang diajak untuk memahami arti dari berbagi dan bersosialisasi. “Hidup itu tidak bisa lepas dari sosial. Dari kecil kita harus diajari untuk peduli. Tidak harus besar, cukup bisa dirasakan bersama. Itu sudah luar biasa,” tambahnya.

Bagi Kadarwati, menjaga tradisi bukan berarti menolak kemajuan, tapi menjadikan akar budaya sebagai dasar untuk melangkah ke depan. “Kalau kita lupa rasa, kita bisa kehilangan arah. Maka dari itu, hari ini kita tidak sekadar makan jenang, tapi juga merayakan siapa diri kita sebagai orang Jawa yang penuh makna,” ujarnya.

Acara sederhana ini membuktikan bahwa di tengah segala keterbatasan, masih banyak cara untuk berbagi, merawat tradisi, dan memperkuat ikatan sosial. Dan dari semangkuk jenang sumsum, kita diingatkan: bahwa rasa, niat baik, dan kebersamaan adalah warisan yang tak lekang oleh waktu.

(Reporter : Ani Sumadi)