NasionalPolitik

Peringatan ‘September Hitam’ di FISIP UIN Jakarta: Seruan Menggugat dan Menolak Lupa

33
×

Peringatan ‘September Hitam’ di FISIP UIN Jakarta: Seruan Menggugat dan Menolak Lupa

Sebarkan artikel ini

Tangsel, faktapers.id  – Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar acara “Mimbar Bebas dan Bakar Lilin September Hitam” pada Selasa, 30 September 2025. Acara yang dihadiri sekitar 100 orang di teater Selasar Merah FISIP ini bertujuan untuk merefleksikan dan mengenang berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang pernah terjadi di Indonesia.

Kegiatan yang diinisiasi oleh Dewan Mahasiswa (Dema) FISIP UIN Jakarta ini merupakan agenda tahunan. Selain mimbar bebas, acara juga diisi dengan pertunjukan teatrikal yang menggambarkan pelanggaran HAM, termasuk kasus penculikan aktivis pada 1998.

Enam Kasus HAM Berat Jadi Sorotan
​Dalam acara tersebut, dipasang spanduk bertuliskan “September Hitam: Menolak Lupa, Menggugat Penguasa” dan “Sampai Kapan September Akan Selalu Hitam?”. Panitia juga membagikan pamflet yang mencantumkan tujuh kasus pelanggaran HAM penting sebagai bahan refleksi, di antaranya:
​Penghilangan Orang Secara Paksa (1997-1998): Banyak aktivis yang hilang tanpa jejak.

Kerusuhan Mei 1998: Menargetkan etnis Tionghoa, mengakibatkan korban jiwa dan kerugian besar.

Tragedi Trisakti dan Semanggi (1998-1999): Penembakan mahasiswa yang menuntut reformasi politik.
​Pembunuhan Munir (2004): Aktivis HAM Munir Said Thalib meninggal akibat diracun.

Peristiwa Wasior dan Wamena (2001-2003): Insiden kekerasan yang melibatkan aparat dan masyarakat lokal di Papua.

Kasus Marsinah (1993): Aktivis buruh yang ditemukan tewas setelah aksi mogok.

Tragedi Kanjuruhan (Oktober 2022): Penumpukan massa akibat gas air mata yang menewaskan lebih dari 130 orang.
​Pernyataan Sikap Mahasiswa
​Ahmad Hafizh, selaku Pelaksana Tugas (Plt) Dema FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, membacakan pernyataan sikap resmi. Ia menyampaikan duka mendalam bagi para korban pelanggaran HAM dan mengutuk keras praktik impunitas yang dinilainya masih terus terjadi.

“Kami mengecam pemimpin yang memilih bungkam, abai, dan menutup mata soal kebenaran, sementara jutaan rakyat mengharapkan keadilan,” tegas Hafizh.

​Ia juga menegaskan bahwa “September Hitam bukan milik mahasiswa atau aktivis, tetapi milik seluruh rakyat Indonesia yang menolak ditindas.” Baginya, acara ini adalah “langkah awal menuju keadilan sejati.”
​Faris, salah satu mahasiswa dari Fakultas Syariah dan Hukum, menambahkan bahwa kegiatan ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi sebagai pengingat agar masyarakat terus merefleksikan berbagai kejadian kelam di masa lalu. Ia juga menyebutkan bahwa acara ini terbuka untuk umum, namun diwajibkan bagi mahasiswa FISIP UIN Jakarta.

​Acara yang berlangsung dari pukul 16.50 hingga 18.10 WIB ini didanai secara mandiri oleh Dema FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

[]