Jakarta, faktapers.id – Indonesia kembali menghadapi peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan, termasuk Influenza dan COVID-19, yang dicurigai terkait erat dengan fenomena cuaca ekstrem dan musim pancaroba yang tidak menentu. Gejala seperti batuk dan pilek yang berkepanjangan menjadi keluhan yang marak di kalangan masyarakat.
Guru Besar Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, Sp.P(K), mengonfirmasi adanya kenaikan kasus kedua penyakit tersebut. Menurutnya, perubahan cuaca yang ekstrem, baik dari panas terik tiba-tiba hujan deras (musim pancaroba) maupun fenomena cuaca lain, memicu kerentanan sistem kekebalan tubuh masyarakat.
Para ahli kesehatan dan iklim menunjukkan beberapa faktor yang membuat cuaca ekstrem menjadi “pintu masuk” penyakit pernapasan:
- Penurunan Imunitas Tubuh: Perubahan suhu yang ekstrem, baik dari panas ke dingin atau sebaliknya, memaksa tubuh bekerja lebih keras untuk menyesuaikan diri, yang pada akhirnya dapat melemahkan sistem imun. Imunitas yang menurun membuat tubuh lebih mudah diserang virus dan bakteri.
- Kondisi yang Menguntungkan Virus: Dalam beberapa studi, virus pernapasan seperti influenza cenderung lebih stabil dan mudah menyebar pada kondisi udara tertentu. Sementara COVID-19 awalnya dianggap rentan di daerah tropis, mutasi dan kondisi seperti kelembaban tinggi (seperti pada fenomena kemarau basah) atau kumpulnya orang di ruang tertutup akibat hujan, dapat memperpanjang usia virus dan meningkatkan risiko penularan.
- Pola Perilaku Masyarakat: Saat terjadi hujan deras atau suhu dingin, masyarakat cenderung menghabiskan waktu di dalam ruangan. Ventilasi yang buruk di ruang tertutup, dikombinasikan dengan kerumunan, menciptakan kondisi ideal bagi penyebaran droplet virus dari satu individu ke individu lain.
Waspadai Gejala Batuk dan Pilek Berkepanjangan
Batuk, pilek, dan demam ringan yang tidak kunjung sembuh dalam waktu lama patut diwaspadai, karena bisa jadi merupakan infeksi Influenza atau bahkan COVID-19.
Gejala umum yang sering dikeluhkan meliputi:
- Batuk kering atau batuk berdahak yang tidak membaik dalam lebih dari satu minggu.
- Pilek bandel dan hidung tersumbat.
- Tenggorokan gatal atau nyeri.
- Demam ringan, pegal linu, dan rasa lelah berkepanjangan.
Jika gejala terus memburuk, terutama jika disertai kesulitan bernapas, sakit dada, atau demam tinggi di atas 38^{\circ} C, masyarakat disarankan untuk segera mencari pemeriksaan medis. Mengingat gejala keduanya yang serupa, testing (seperti rapid antigen atau PCR) sangat penting untuk memastikan diagnosis dan mengambil langkah isolasi yang tepat.
Rekomendasi Pencegahan: Kembali ke Protokol Dasar
Menghadapi kondisi ini, para pakar menekankan pentingnya kembali pada praktik kesehatan dasar yang sudah terbukti efektif:
- Prioritaskan Istirahat dan Cairan: Cukupi waktu tidur dan perbanyak minum air putih hangat untuk membantu menjaga daya tahan tubuh dan mengencerkan lendir atau dahak.
- Vaksinasi: Pastikan status vaksinasi COVID-19 (termasuk booster) masih optimal, dan pertimbangkan vaksinasi influenza tahunan, terutama bagi kelompok rentan (lansia, anak-anak, dan yang memiliki komorbiditas).
Jaga Kebersihan Diri: Terapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun, dan gunakan masker kembali, terutama saat berada di tempat umum atau kerumunan.
Kewaspadaan kolektif dan langkah pencegahan individu adalah kunci utama untuk mencegah lonjakan kasus infeksi pernapasan di tengah fluktuasi cuaca ekstrem.
[]