JabodetabekSpritual

Keluarga Menteri Keuangan Purbaya Diteror Santet Usai Tolak Bayar Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh Senilai Rp116 Triliun dengan APBN

39
×

Keluarga Menteri Keuangan Purbaya Diteror Santet Usai Tolak Bayar Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh Senilai Rp116 Triliun dengan APBN

Sebarkan artikel ini

​Jakarta, faktapers.id  – Keluarga Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menjadi sorotan publik setelah sang putra, Yudo Sadewa, mengungkapkan bahwa keluarganya tengah menghadapi teror yang diduga merupakan santet di rumah mereka. Pengakuan ini muncul tak lama setelah Menkeu Purbaya secara tegas menolak opsi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menanggung utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) yang diperkirakan mencapai sekitar Rp116 triliun.

Teror Mistis di Kediaman Menkeu

​Kabar mengenai teror mistis ini pertama kali disampaikan oleh putra Menkeu Purbaya, Yudo Sadewa, melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, @8a41121a. Yudo menyatakan bahwa keluarga mereka sedang menghadapi teror yang dikaitkan dengan hal-hal gaib, namun ia menekankan bahwa keluarga besarnya memilih untuk tidak percaya pada takhayul dan sebaliknya memperkuat keimanan.

​Dalam unggahannya, Yudo menulis, “Keluarga kami diteror oleh santet di rumah.” Namun, ia melanjutkan dengan pesan yang menegaskan sikap rasional dan spiritual keluarganya: “Semakin Anda percaya, maka santet itu makin kuat. Jadi saya usahakan seluruh keluarga jangan percaya pada begituan. Percayalah kepada Allah, jangan percaya takhayul.” Yudo juga menjelaskan bahwa menurut pandangannya, fenomena “santet” atau “hantu” adalah ulah jin yang memanipulasi pikiran manusia agar takut kepada selain Allah.

Penolakan Penggunaan APBN untuk Utang Whoosh

​Teror mistis yang diklaim dialami keluarga Menkeu Purbaya ini menjadi viral karena waktunya berdekatan dengan sikap tegas Purbaya Yudhi Sadewa terkait utang proyek Kereta Cepat Whoosh.

​Menkeu Purbaya sebelumnya telah menyampaikan penolakan keras untuk membebankan pembayaran utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung senilai triliunan rupiah itu kepada APBN. Purbaya berargumen bahwa penanggung jawab utang tersebut seharusnya adalah pihak BUMN yang tergabung dalam holding Danantara.

​Alasan penolakan Purbaya didasarkan pada fakta bahwa Danantara, sebagai holding BUMN, dinilai telah memiliki kemampuan finansial yang mandiri. Purbaya menyebutkan bahwa Danantara telah menerima dividen BUMN hingga lebih dari Rp80 triliun per tahun, yang mana seharusnya jumlah tersebut cukup untuk mengelola dan menyelesaikan masalah utang Whoosh.

​”Itu kan Whoosh sudah dikelola oleh Danantara. Danantara sudah ngambil Rp80 triliun lebih dividen dari BUMN. Seharusnya mereka manage dari situ saja,” tegas Purbaya. Ia menekankan perlunya pemisahan yang jelas antara tanggung jawab swasta (melalui BUMN yang kini dividennya diurus Danantara) dan pemerintah (APBN).

Reaksi Publik dan Pemerintah

​Pernyataan Menkeu Purbaya yang menolak penggunaan APBN untuk utang Whoosh mendapat perhatian luas, dan sikapnya ini banyak diapresiasi oleh berbagai pihak karena dinilai sebagai upaya menjaga kesehatan fiskal negara.

​Sementara itu, pihak Istana melalui juru bicara telah merespons, menyatakan bahwa pemerintah akan mencari skema atau jalan keluar lain untuk pembayaran utang proyek Kereta Cepat tersebut tanpa membebani APBN, sembari mengakui bahwa Whoosh telah menjadi moda transportasi penting.

​Pengakuan sang putra Menkeu mengenai teror santet lantas memicu beragam spekulasi di media sosial. Banyak netizen dan pengamat yang mengaitkan teror mistis tersebut dengan kebijakan tegas Purbaya yang berpotensi merugikan atau mengganggu kepentingan pihak-pihak tertentu terkait utang proyek Whoosh. Terlepas dari kaitan sebab-akibat yang belum terbukti, peristiwa ini telah menempatkan Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa dan keluarganya dalam sorotan publik yang intens.