NasionalOlahraga

IOC Dijadikan Target Kecaman Global, Netizen Dunia Bersatu Bela Indonesia: “Sudah Waktunya Dekolonisasi Olahraga”

2
×

IOC Dijadikan Target Kecaman Global, Netizen Dunia Bersatu Bela Indonesia: “Sudah Waktunya Dekolonisasi Olahraga”

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id– Ancaman serius yang dilayangkan Komite Olimpiade Internasional (IOC) terhadap Indonesia, buntut penolakan visa atlet Israel pada Kejuaraan Dunia Senam, memicu gelombang solidaritas global yang masif. Alih-alih mengisolasi Indonesia, keputusan IOC justru berbalik menjadi bumerang, menjadikan badan olimpiade tersebut target kecaman tajam dari publik internasional.

​Dukungan untuk sikap Indonesia membanjiri jagat maya, menyatukan netizen dan aktivis dari berbagai latar belakang, yang menuduh IOC bertindak tidak adil dan bermuka dua.

​1. Isu “Dekolonisasi Olahraga” Menguat

​Wacana penolakan terhadap hegemoni politik dalam olahraga menjadi narasi utama. Aktivis Yahudi Pro-Palestina, Alon Mizrahi, menjadi salah satu suara yang paling banyak dikutip, menyerukan agar dunia olahraga segera “didekolonisasi.”

“Indonesia dikenai sanksi sebelum Israel. Kita perlu mendekolonisasi olahraga dengan segera,” cuit Mizrahi, yang secara lugas menunjukkan ketidakadilan sanksi yang dikenakan pada negara yang membela prinsip anti-penjajahan.

​Seruan ini menunjukkan adanya kekecewaan luas terhadap IOC, yang dianggap telah menyimpang dari semangat sportivitas dan justru menjadi alat bagi kepentingan geopolitik.

​2. Seruan Boikot Olimpiade

​Banyak pengguna media sosial dari berbagai negara secara terbuka menyatakan dukungan mereka terhadap Indonesia dan mengancam akan memboikot ajang olahraga yang berada di bawah naungan IOC.

“Saya memboikot olimpiade. Saya bersama Indonesia. Bebaskan Palestina,” tulis seorang netizen, yang menunjukkan bahwa bagi sebagian besar publik, nilai-nilai kemanusiaan dan konsistensi politik Indonesia lebih dihormati daripada ancaman badan olahraga tersebut.

​Komentar-komentar sinis yang menyebut “IOC adalah lelucon, kan?” juga menjadi tren, mencerminkan hilangnya kepercayaan publik global terhadap netralitas dan integritas Komite Olimpiade Internasional.

​3. Konsistensi Sikap Indonesia Lebih Dihargai

​Publik internasional mengapresiasi konsistensi sikap Indonesia, yang berulang kali dihadapkan pada dilema antara mempertahankan prinsip konstitusi (mendukung kemerdekaan Palestina) dan kepentingan menjadi tuan rumah ajang global.

​Penolakan visa untuk enam atlet Israel—Artem Dolgopyat, Eyal Indig, Ron Payatov, Lihie Raz, Yali Shoshani, dan Roni Shamay—dilihat bukan sebagai diskriminasi sepihak, melainkan sebagai manifestasi dari komitmen historis Indonesia terhadap perjuangan Palestina, sebuah sikap yang dihormati oleh mayoritas negara di Dunia Selatan dan non-Blok.

​Sikap IOC yang mengeluarkan ancaman pengucilan, termasuk memutus dialog tuan rumah Olimpiade masa depan dan meminta federasi internasional menunda kejuaraan di Indonesia, justru dinilai arogan dan memicu perlawanan balik dari masyarakat internasional.

[]