Jakarta, faktapers.id – Keputusan Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden Kedua RI, Soeharto, disambut dukungan kuat dari kalangan muda, termasuk praktisi hukum. Dalam sebuah wawancara eksklusif, Rafly Pagar Bumi, S.H., didampingi rekannya, Rosul, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas keputusan yang dinilai berdasarkan jasa besar Soeharto bagi pembangunan dan stabilitas bangsa.
Rafly menegaskan bahwa pemberian gelar ini adalah bentuk pengakuan yang pantas, melampaui segala kontroversi.
”Kami sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Bapak Presiden Prabowo. Bagaimanapun juga, beliau (Soeharto) adalah seorang tokoh yang mengembangkan negara, dikenal sebagai Bapak Pembangunan,” ujar Rafly.
Dalam pandangan Rafly, gelar Pahlawan Nasional sah diberikan karena jasa-jasa Soeharto yang terbukti dampaknya hingga kini. Ia secara lugas mengakui bahwa sebagai manusia biasa, Soeharto, seperti delapan presiden Indonesia lainnya, tidak luput dari kesalahan. Namun, ia menekankan bahwa kesalahan tidak boleh menutupi peran Soeharto dalam membangun fondasi negara.
Dukungan ini diperkuat oleh Rosul, yang menilai pembangunan yang dilakukan Soeharto bersifat holistik. “Pembangunan yang beliau lakukan tidak hanya soal infrastruktur atau fasilitas umum, tapi beliau juga menggalakkan soal ideologi bangsa ini, yaitu Pancasila,” jelas Rosul, merujuk pada upaya pengamalan Pancasila pada masa Orde Baru.
Rafly Pagar Bumi menyoroti keberhasilan Soeharto di bidang ekonomi yang dampaknya masih terasa dan dikenang oleh masyarakat.
Rosul mengingatkan bahwa Soeharto berhasil mencapai Swasembada Beras pada tahun 1984, sebuah pencapaian yang menandai kemandirian pangan nasional.
Juga Rafly membandingkan kondisi harga bahan pokok (pangan, bensin, dan kebutuhan dasar) pada masa Soeharto dengan kondisi saat ini, yang dirasakan jauh lebih stabil dan terjangkau bagi masyarakat luas kala itu. Ia menambahkan bahwa meskipun terjadi krisis moneter, dampaknya dinilai lebih terasa di kalangan elite global ketimbang masyarakat akar rumput.
- Pertumbuhan Ekonomi: Rosul menambahkan bahwa di bawah kepemimpinan Soeharto, Indonesia berhasil mempertahankan stabilitas ekonomi dengan pertumbuhan mencapai 7% dalam periode jabatannya.
Pentingnya Kestabilan dan Pesan untuk Generasi Z
Selain ekonomi, aspek stabilitas negara juga menjadi justifikasi kuat. Rosul menyinggung latar belakang militer Soeharto yang membawa atmosfer negara terasa “adem ayem” (damai dan tenteram), yang kini menjadi nilai penting yang dirindukan.
Rafly juga menyebut bahwa pemberian gelar ini didukung oleh sentimen masyarakat, sebagaimana dibuktikan oleh slogan populer “Ingat zamanku, toh?” yang masih bisa ditemukan hingga saat ini.
Menutup pandangan mereka, secara khusus menyampaikan pesan kepada Generasi Z untuk bersikap adil dalam menilai sejarah.
”Sebelum kita menilai, paling tidak kita samalah kalau kita mau beli barang, kita pasti lihat review dulu, kita pelajari dulu itu apa. Jangan sembarang menilai,” tegas Rosul.
Mereka berharap Generasi Z dapat menimbang jasa-jasa Soeharto bagi pembangunan dan stabilitas negara secara objektif, menjadikannya layak dihormati sebagai Pahlawan Nasional.
(Ig)













