NasionalPolitik

Soroti Pembangunan 999 Masjid dan Momen 1998, Relawan Prabowo Kanjeng Herry Darman Sebut Soeharto “Sudah Layak” Jadi Pahlawan Nasional

10
×

Soroti Pembangunan 999 Masjid dan Momen 1998, Relawan Prabowo Kanjeng Herry Darman Sebut Soeharto “Sudah Layak” Jadi Pahlawan Nasional

Sebarkan artikel ini
Ketua Umum Relawan Prabowo Gibran, Kanjeng Herry Darman SH MH.(ft:selebcom/Ferdi)

Jakarta, faktapers.id – Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 RI H.M. Soeharto oleh Presiden Prabowo Subianto mendapat dukungan penuh dari Ketua Umum Relawan Prabowo Gibran, Kanjeng Herry Darman SH MH. Menanggapi adanya pro dan kontra di masyarakat terkait penganugerahan ini, Herry Darman menegaskan bahwa sosok Soeharto “sudah layak” mendapatkan gelar tersebut.

​”Kalau saya melihat dari kacamata saya, bahwa tidak perlu dipersoalkan gelar pahlawan nasional yang disematkan oleh Bapak Presiden Prabowo Subianto terhadap mantan presiden kita, Bapak Haji Muhammad Soeharto,” tegas Kanjeng Herry Darman dalam wawancara khusus, Jumat 14 November 2025. “Sudah layak dia mendapatkan gelar itu,” tambahnya.

Dalam pandangannya, Herry Darman memaparkan sejumlah alasan mengapa ia menganggap penganugerahan itu tepat dan telah lama dinanti masyarakat.

Jasa Pembangunan 999 Masjid

​Alasan utama yang dikemukakan Herry Darman adalah jasa H.M. Soeharto di bidang keagamaan. Ia menyoroti bahwa Soeharto merupakan satu-satunya presiden yang berhasil membangun 999 masjid di seluruh Indonesia melalui yayasan yang didirikannya.

​”Itu sangat luar biasa. Dia memikirkan umat,” ujar Herry. Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa Soeharto adalah sosok pemimpin yang masih memikirkan akhirat bagi umatnya. Ia juga berpendapat bahwa khususnya umat Muslim seharusnya mendukung keputusan penganugerahan gelar ini.

Merespons Slogan “Piye Enak Zamanku Toh”

​Herry Darman juga menanggapi maraknya slogan “piye enak zamanku toh?” yang sering beredar di masyarakat. Ia meyakini slogan itu murni berasal dari “rakyat-rakyat kecil” yang merasakan langsung dampak positif kepemimpinan Soeharto.

​”Rakyat-rakyat kecil yang merasakan bahwa kepemimpinan Pak Harto itu memang dirasakan sama rakyat-rakyat kecil,” jelasnya. “Sembako murah, ya kan? Kita melihat para petani… sekolah-sekolah dulu, SD, rumah sakit, guru-guru semua diperhatikan oleh Bapak Haji Muhammad Soeharto,” lanjutnya.

Soroti Momen 1998 dan Kebijaksanaan

​Lebih jauh, Herry Darman menyoroti momen krusial pengunduran diri Soeharto pada tahun 1998 sebagai bukti kebijaksanaan. Ia berpandangan, Soeharto saat itu sejatinya “masih kuat” secara militer untuk melakukan perlawanan, namun memilih untuk mundur demi keutuhan bangsa.

​”Tetapi saya yakin karena beliau memikirkan bangsa ini, beliau berhenti jadi Presiden Republik Indonesia,” paparnya. “Ini kalau dia tidak sosok pemimpin yang bijak, yang ngayomi, kalau dia haus kekuasaan, pasti dia tidak akan mau mundur,” tegas Herry.

Mengajak Melihat Jasa Dibanding Kekurangan

​Herry Darman mengakui bahwa adanya pro dan kontra adalah hal yang wajar, sebab setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Namun, ia mengajak publik untuk tidak selalu fokus pada kekurangannya.

​”Tapi kita tidak harus selalu melihat kekurangan seseorang. Pak Harto itu banyak jasanya loh, ya kan? Banyak sekali jasanya kalau kita mau timbang-timbang,” katanya. Ia juga mencontohkan jasa lain seperti keberanian Soeharto mengunjungi Bosnia yang tengah dilanda perang tanpa rompi anti peluru.

​Sebagai penutup, Kanjeng Herry Darman, baik dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Relawan Prabowo Gibran maupun sebagai masyarakat biasa, mengucapkan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto atas penganugerahan gelar tersebut.

(Ig)