Klaten, faktapers.id – Festival Wayang dalam rangka memperingati Hari Wayang Sedunia ke-11 digelar di Lapangan Ngawonggo, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pada Sabtu (22/11/2025) pagi.
Kegiatan yang melibatkan ratusan pelajar dari tingkat PAUD, TK, hingga SD itu menjadi langkah strategis pemerintah desa untuk melestarikan seni pewayangan di tengah perkembangan era digital.
Kepala Desa Ngawonggo, Nur Hafid K, menjelaskan bahwa festival ini merupakan momentum penting bagi masyarakat untuk kembali meneguhkan identitas budaya daerah.
Pada sesi pagi, para peserta didik diperkenalkan dengan berbagai jenis wayang, bahkan diberi kesempatan memegang dan memainkan wayang secara langsung.
Langkah tersebut diharapkan mampu menumbuhkan kedekatan emosional antara anak-anak dengan seni tradisional warisan leluhur. Di era generasi digital seperti sekarang, anak-anak sangat mudah terpengaruh teknologi.
“Dengan kegiatan ini, kami ingin memastikan bahwa mereka tidak melupakan budaya lokal serta dapat mengambil nilai positif dari dunia pewayangan,” ujar Nur Hafid.
Ia menambahkan bahwa Desa Ngawonggo memiliki sejumlah dalang muda hingga dalang senior yang selama ini kurang mendapat ruang untuk berekspresi.
Festival ini diharapkan menjadi awal pengembangan potensi seni sekaligus potensi wisata desa. Pada malam harinya, festival dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit yang menampilkan enam dalang, termasuk dalang perempuan.
Keberadaan para dalang tersebut menegaskan bahwa Ngawonggo memiliki sumber daya seni yang kuat dan patut diangkat pada skala lebih luas.
Ketua panitia, Dwi Maryono, menyampaikan bahwa festival ini difokuskan pada upaya mengenalkan budaya Jawa, terutama wayang dan karawitan, kepada generasi muda.
“Dengan berkembangnya dunia media sosial, budaya tradisional berpotensi tergerus. Karena itu kami mengenalkan wayang sejak dini agar tetap relevan dan dikenal anak-anak,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa wayang merupakan identitas budaya kuat di Jawa Tengah yang harus dijaga kelestariannya. Pemerintah Desa Ngawonggo berencana menjadikan festival ini sebagai agenda tahunan.
Selain memanfaatkan Dana Desa, kegiatan juga didukung penuh melalui swadaya masyarakat. Festival wayang diharapkan menjadi ikon budaya desa sekaligus sarana edukasi untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap seni tradisional.
Kegiatan ini membuktikan bahwa pelestarian budaya tidak harus kalah oleh perkembangan teknologi, tetapi dapat berjalan beriringan melalui pendekatan yang kreatif dan berkelanjutan.
(Reporter : Ani Sumadi)













