Jakarta, faktapers.id – Isi sepucuk surat yang ditulis seorang tenaga madis beberapa saat sebelum meninggal akibat terpapar virus corona dan dinyatakan positif Covid-19, cukup menyayat hati Ketua Umum Persaudaraan Wanita Etnis Tionghoa Indonesia (PERWANTI) dan Wakil Ketua Umum Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Surijaty Aminan.
Seperti diketahui, hingga menjelang pergantian tahun 2020, pandemi virus Corona (Covid-19) yang menyebar di Indonesia, masih memakan korban dari kalangan tenaga medis yang bekerja dan mendedikasikan dirinya melawan virus tersebut belum terhenti.
Seorang dokter berinisial AMP berpulang beberapa waktu lalu setelah dirawat di RS Persahabatan karena terinfeksi virus Corona.
Curhatan Almarhum yang ditulis dalam sepucuk surat yang mengharu biru itu kemudian dibacakan kembali oleh Perempuan Tangguh yang suka berkegiatan sosial ini dengan harapan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya virus Covid-19.
Berikut surat isi surat dari Almarhum dr. AMP :
“Saya adalah seorang dokter, garda terdepan melawan wabah. Sejak timbulnya wabah, kami semua tenaga medis menghadapinya sebagai peperangan tanpa asap senapan. Dan tanpa ragu, kami bergabung ke dalam medan perang pertahanan melawan wabah.
Kami menganggap, diri kami adalah prajurit yang berkewajiban maju ke depan. Dengan darah dan daging, melawan wabah penyakit, merebut nyawa seseorang dari cengkraman malaikat maut.
Namun, sebenarnya kami juga hanyalah manusia dan bukan malaikat.
Diarea isolasi penyakit yang paling berbahaya, pakaian pelindung yang kami pakai, harus betul-betul sangat tebal dan ketat. Dengan demikian, baru bisa menjamin keselamatan hidup kami.
Masker harus pakai 2 lapis, Pembungkus sepatu (shoe cover) pakai 2 lapis, sarung tangan pakai 5 lapis. Dibagian luar, kaca mata pelindung, masih harus pasang masker pelindung.
Setiap 5 jam sebagai 1 shift. Setelah memakai pakaian pelindung, kami tidak bisa makan, minum dan ke toilet.
Dengan mengenakan pakaian isolasi yang rapat, tidak tembus udara dan kaca mata pelindung. Seluruh team bekerja keras dalam perjuangan, semua orang merasakan keterbatasan fisik.
Ketika kami melepaskan pakaian pelindung, pakaian didalam kami basah kuyub seluruhnya. Pada bagian wajah kami, timbul garis-garis guratan bekas kaca mata pelindung.
Ada dokter yang sudah teramat capek, badannya sudah hampir ambruk, setelah masuk daerah penyangga dan minum seteguk air, kembali masuk ke area isolasi, untuk melanjutkan bekerja.
Ada juga, dokter yang jari tangannya terluka, setelah dibungkus rapat dengan kantong plastik, kembali ke tempat berjuang di garda depan.
Kami juga punya orang tua, kami juga punya anak dan keluarga. Kami tidak memikirkan keselamatan diri kami, tidak memikirkan apakah diri sendiri. Hidup atau mati, demi merebut nyawa manusia dari malaikat maut. Semuanya adalah, agar bisa memenangkan peperangan ini. Supaya keluarga kita dan saudara semua, bisa melepaskan masker dan menghirup udara segar!
_Teman-teman semua, mohon kalian bekerja sama dengan negara, bekerja sama dengan kami, dengan kesadaran sendiri mengisolasi diri, jangan keluar rumah dan melakukan pembatasan diri yang tentu tidak menyenangkan, bolehkah?
Sehingga, kita layak terhadap pengorbanan para tenaga medis. Jangan sia-siakan air mata kami.
Kamu pikir keluar rumah sebentar tidak masalah? dia juga pikir keluar rumah sebentar tidak masalah?
Besok semua orang pada keluar rumah semua, maka peperangan ini akan mengalami kemunduran ke belakang lagi.
Bila satu orang, dua orang, tiga orang hanya memikirkan dan mementingkan kesenangan diri sendiri, maka semua perjuangan sebelumnya dalam peperangan ini akan menjadi sia-sia.
Oleh sebab itu, maka mohon semuanya, agar bisa bekerja sama, untuk tidak keluar rumah
Jagalah pikiran dan perasaan dengan baik.
Rumah yang menurut kalian adalah tempat yang membosankan, bagi kami para tenaga medis dan petugas yang berjuang di garda depan melawan wabah, adalah tempat yang kami ingin pulang pun tidak bisa pulang.
Masa yang sulit ini, apakah bisa segera terlewati?, tidak hanya tergantung pada para tenaga medis, melainkan juga mengandalkan kita setiap orang.
Asalkan, kita semua tidak keluar rumah, maka kita bisa memusnahkan wabah ini.
Mencegah dan mengendalikan wabah, adalah tanggung jawab setiap orang.
Saat ini, virus sedang mengamuk, semua petugas medis di garda depan berusaha mencegah dan mengendalikan wabah. Dengan mendahulukan keselamatan orang banyak, diatas keselamatan mereka sendiri, maju terus di tengah kesulitan dalam melawan virus.
Terima kasih, mereka telah membangun pertahanan pengaman untuk semua masyarakat.
Salam Sejahtera,
Syalom,
Om Swastyastu,
Namo Budhaya,
Salam Kebajikan.
Surat yang dibacakan itu, Surijaty Aminan berharap agar surat tersebut bisa menyentuh hati masyarakat untuk tetap berada dirumah dan mematuhi protokol kesehatan.
Menurut Surijaty Aminan virus Covid-19 itu benar-benar ada ditengah kita. Sehingga dia meminta masyarakat Indonesia aga lebih berpikir lagi untuk lebih menyangi diri dan keluarga kita. Sebab pesan singkat berupa sepucuk surat untuk kalian semua warga Indonesia.
“Pesan saya sebagai ketua umum PERWANTI dan PSMTI adalah semiga setiap orang yang mendengar dan membaca surat ini dapat memahami dan menjalankan pesan dari pahlawan kesehatan garda terdepan. Bersama kita pasti bisa, kita bisa karena biasa,” pungkas Surijaty Aminan berpesan. Her