Kupang, Faktapers.id – Akibat banjir dan longsor yang melanda di wilayah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 18 orang meninggal dunia dan 37 orang masih dinyatakan hilang.
Semua korban meninggal berasal dari 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur.
“Sampai malam ini 18 orang ditemukan meninggal dan 37 orang masih dicari.Rata-rata 14 desa yang terdampak banjir bandang berada di bawah lereng gunung Ile Lewotolok,” ungkap Wakil Bupati Lembata Thomas Langodai dilansir CNNIndonesia.com, Minggu petang.
Thomas menyebutkan dugaan sementara banjir bandang yang menghantam 14 desa di dua kecamatan tersebut akibat tertumpuknya material di sekitar Gunung Ile Lewotolok.
Dikatakannya hujan yang terus menerus terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Hujan yang turun pada Minggu, paling tinggi sejak Sabtu (3/4) kemarin sehinga terjadi banjir bandang dari Gunung Ile Lewotolok.
“Hujan terus-menerus selama beberapa hari belakangan sehingga banjir dari Gunung Ile Lewotolok dan membawa material menghantam rumah-rumah warga”, sebut Thomas.
Ia menguraikan, 37 warga yang dilaporkan hilang tersebut di antaranya dari desa Waimatan 24 orang dan Desa Tanjung Batu sebanyak 13 orang.
Sementara korban meninggal ada di Desa Lamawolo sebanyak dua orang, Desa Waimatan satu orang, Desa Amakaka Enam, Desa Tanjung Batu enam orang, dan Desa Waowala ada tiga orang.
Thomas menerangkan masih ada beberapa desa lainnya yang belum terdata jumlah korban yang hilang. Dan diperkirakan data tersebit masih akan terus bertambah karena saat ini BPBD Kabupaten Lembata sementara melakukan pendataan.
“Korban meninggal dan hilang akibat terseret banjir dan ada juga yang tertimpa bangunan rumah karena banjir bandang dari Gunung Api Ile Lewotolok.Dan kejadian pada Minggu dini hari sehingga warga susah menyelamatkan diri”, jelas Thomas.
Pada Minggu malam, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melansir peringatan dini akan kemunculan siklon Seroja di mana pusaran anginnya mencapai 85 kilometer per jam di NTT.
Atas dasar potensi dari dampak siklon Seroja itu, Dwikorita meminta seluruh pemangku kepentingan memerhatikan keselamatan warga, terutama di pulau-pulau NTT.
“Pusaran anginnya mencapai 85 kilometer per jam agar benar-benar diwaspadai agar masyarakat dapat terlindungi, teramankan. Semoga tidak terjadi korban jiwa,” kata Dwikorita dalam jumpa pers secara virtual.
Sebelumnya, pada Minggu petang tadi BMKG merilis status potensi hujan lebat untuk dampak banjir/bandang, NTT berstatus siaga.
BMKG menyatakan pihaknya sejak 2 April lalu telah mendeteksi keberadaan bibit siklon tropis 99 S yang mulai terbentuk di sekitar Laut Sawu, NTT. Bibit siklon tropis 99S itu kemudian dinamai Seroja mengikuti kaidah penamaan siklon internasional oleh BMKG.
Bibit siklon itulah yang kemudian memicu cuaca ekstrem di wilayah NTT sejak tiga hari terakhir, dan berdampak pada terjadinya bencana hidrometeorologi di beberapa wilayah di sana. []