Klaten, Faktapers.id – Pertumbuhan bisnis pariwisata di Indonesia kembali mengalami masa pertumbuhan terkoreksi setelah beberapa bulan sempat menggeliat karena adanya pelonggaran PPKM, akibat Pandemi Covid-19.
Hal ini terjadi, masa terkoreksi geliat wisata berawal dari akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi global.
Di Indonesia salah satu akibat berdampaknya kebijakan yang digulirkan pemerintah sehingga berakibat pelemahan ekonomi, seperti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi beberapa waktu lalu dan sejumlah kebijakan lainnya.
“Pelemahan pertumbuhan ekonomi global ini akan berpengaruh pada sektor pariwisata, dalam hal tersebut sudah kita rasakan dengan penurunan jumlah pengunjung wisata, tak terkeculi yang dikelola oleh BUMDes Tirta Mandiri,” kata Junaedhi Mulyono, Kepala Desa Ponggok, Polanharjo, Klaten, Rabu (28/9/2022).
Berdasarkan data dari pengelola Umbul Ponggok, beberapa bulan terakhir pengunjung di akhir pekan yang selalu naik realitanya kembali tidak mencapai target. Sementara geliat berwisata saat ini juga lebih banyak ke luar kota seperti di Bantul dan Gunung Kidul.
Menghadapi kondisi terkoreksi sektor pariwisata, tentunya pengelola obyek wisata harus mempunyai strategi dalam bertahan dimasa terkoreksi, dimana saat ini pola marketing lebih menarik pada program paket wisata yang mengkolaborasikan beberapa obyek wisata dalam satu paket.
“Kami sudah mulai menyiapkan hal tersebut mengembangkan pola paket promosi wisata yang berkolaborasi agar dapat bertahan dimasa terkoreksi atau jika terjadi resesi ekonomi yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2023 mendatang,” tegas dia.
Menurutnya, resesi ekonomi adalah masa penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Resesi ekonomi, kata dia, bisa memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, hingga kebangkrutan ekonomi, termasuk di sektor pengembangan pariwisata. (Madi)