Pendidikan

Hackathon AMICTA – Kolaborasi Epic Kampus Industri di Penghujung Tahun 2022

281
×

Hackathon AMICTA – Kolaborasi Epic Kampus Industri di Penghujung Tahun 2022

Sebarkan artikel ini

Jakarta, Faktapers.id – Menutup tahun 2022, Fakultas Ilmu Komputer (FIK) Universitas Amikom Yogyakarta berhasil membangkitkan semangat mahasiswanya. Tercatat sekitar tiga ribu mahasiswa mengunjungi website resmi AMICTA 2022 dalam sebulan. Fenomena ini menggambarkan euforia kompetisi teknologi di Kampus berangsur pulih pasca pandemi.

AMICTA merupakan kompetisi inovasi produk digital untuk memecahkan masalah masyarakat Indonesia. “Kali ini, AMICTA diselenggarakan hasil kolaborasi Epic antara Kampus – Industri yaitu FIK, ViBiCloud, AWS dan ABP Incubator.  Kami memiliki perhatian yang sama terhadap talenta dan inovasi produk digital” Ujar Arif Akbarul Huda selaku ketua penyelenggara.

Serangkaian acara AMICTA memberi warna baru suasana akademis Kampus. Meskipun acara ini bersifat lokal, namun berkualitas Nasional. Puluhan expert ikut berkontribusi baik sebagai speaker maupun mentor. Fathin Naufal, salah satu Product Manager Gojek Indonesia memberikan inspirasi kepada ratusan Mahasiswa dalam topik How to Build Digital Product. Topik lain yang tak kalah seru yaitu From Engineer to be Entrepreneur yang disampaikan oleh Delta Purna W, CEO Qiscus Multichannel.

Ditemu pada saat acara, Ryanno Lukman, Business Solution AWS ViBiCloud, menyampaikan bahwa konsep acara ini sangat bagus. Acara seperti ini dapat mempertemukan talenta-talenta digital berkualitas dan passionated menyelesaikan berbagai masalah dengan teknologi. “Bila perlu, kita duplikasi dan amplifikasi vibe acara AMICTA ke  skala yang lebih luas” Ucapnya.

Sebagai kampus ICT, mengetik adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki. Kategori Kompetisi mengetik cepat berhasil menemukan talenta-talenta berketerampilan mumpuni. Rekor tercepat dalam cabang kompetisi ini diraih oleh Satrio Wibisono Mahasiswa Prodi Informatika dengan kecepatan 118 kata per menit.

Kompetisi menulis code juga tidak kalah seru. Khusus pada cabang kompetisi ini, FIK bekerjasama dengan Skyshi untuk menggunakan platform DevCode. Peserta diberi tantangan kasus dan harus menyelesaikan melalui aktivitas coding kemudian dilakukan uji performa. Tantangan Front-end Web Programming berhasil dieksekusi baik oleh Ahmad Nurhalim, Mahasiswa Prodi Informatika. Sedangkan kasus back-end diselesaikan dengan baik oleh Rahmat Fajri Nandipinto mahasiswa prodi Sistem Informasi.

Puluhan inovasi diusulkan melalui cabang kompetisi produk digital. Tiga diantaranya yaitu Aplikasi Machine Learning Pendeteksi Penyakit Daun Kentang, Sistem kendali IoT cerdas untuk meningkatkan kualitas kandang dan Mesin Anjungan untuk menukar koin menjadi saldo digital. Inovasi harus berupa prototype untuk bisa mendapatkan hak juara.

Sebagai rangkaian pamungkas, Hackathon diselenggarakan selama satu pekan dimulai dari aktivitas pengumpulan ide, pitching, speed dating, mentoring dan diakhiri dengan demo day . Seluruh peserta berhak menyampaikan gagasan problem dan solusinya. Sebagai pembatas ruang lingkup teknologi, peserta harus menggunakan salah satu diantara Kecerdasan Buatan, Internet of Things, Augmented Reality / Virtual Reality atau Animasi. Adapun pembatas ruang lingkup masalah adalah permasalahan UMKM, Perubahan Iklim dan Pertanian – Perikanan.

Tiga terbaik produk Hackathon yaitu Fit BatiK, Local Reality dan G-Tech. Fit Batik dengan CEO Firman Almadhani Kurniawan Mahasiswa Prodi Informatika berhasil memikat perhatian Juri. Sebuah solusi fitting baju batik menggunakan teknologi Virtual Reality melalui smartphone. Kamera smartphone diarahkan ke badan orang kemudian muncul pada layar animasi outfit baju batik menempel di badan. Oleh Juri solusi AR/VR untuk retail fashion dipandang memiliki potensi bisnis yang besar.

Serupa namun tak kalah seru, produk hackathon berikutnya adalah Local Reality dengan CEO Rahmat Fajri Nandipinto. Solusi yang ditawarkan yaitu pemanfaatan teknologi AR/VR untuk meningkatkan transaksi bisnis pada UMKM.

Sedangkan produk hackathon G-Tech yang dipimpin oleh Muhammad Bagus Rizky (Mahasiswa Prodi Informatika) mengusung teknologi RFID, berbeda dengan dua produk sebelumnya. Rizky berangkat dari latar belakang permasalahan yang dia hadapi yaitu ketidakpastian fasilitas member Gym. Kamudian menawarkan solusi Cloudify and RFID based Member Tagging Solution for Gym Place. Dalam waktu lima hari tim ini berhasil mengintegrasikan Mikroprosesor, RFID dan Server AWS.

“Kreativitas yang diusulkan mahasiswa ini brilliant. Harapannya melalui acara ini bisa lahir inovasi produk yang bisa dipakai masyarakat luas”, ujar Hendryantono Limantara ( Cloud Services Dept. Head, ViBiCloud ) salah satu juri Hackathon. Senada dengan pendapat tersebut, Frank Agustinus P (Solution Architect AWS Public Sector) memberikan kesan kepada Panitia. “Pitching solusi, antusias dan ide cemerlang Mahasiswa are very good start” Ucapnya saat memberikan testimonial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *