Berita

Pasca Kuasai Freeport, Jokowi sebut RI Seperti Ketiban ‘Durian Runtuh’

115
×

Pasca Kuasai Freeport, Jokowi sebut RI Seperti Ketiban ‘Durian Runtuh’

Sebarkan artikel ini
Jokowi sebut RI Ketiban 'Durian Runtuh' Pasca Kuasai Freeport

 

Faktapers.id – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) blak-blakan perihal keuntungan Indonesia pasca menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI) sejak 2018 lalu. Presiden Jokowi menyebut, 70% pendapatan PT Freeport Indonesia telah masuk ke dalam kas negara.

“Freeport itu mayoritas sudah milik kita. Dulu 50 tahun kita hanya 9%. Ngomong bukan pemilik, kita sekarang 51%. Kita cek kemarin pendapatan berapa sih untuk 51%. Ternyata 70% pendapatan dari Freeport itu masuk ke kas negara,” ungkap Jokowi dalam acara yang digelar relawan Bara JP di Hotel Salak, Kota Bogor, dikutip Selasa (20/6/2023).

Lebih lanjut, Jokowi menyebutkan bahwa pendapatan tersebut masuk dalam kas negara dalam bentuk pajak, pajak badan, PPh karyawan, royalti, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), hingga kemudahan dividen. “Dalam bentuk pajak, badan PPh, pajak karyawan, royalti, Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP, kemudian dividen, gede banget kita dapatnya,” tambahnya.

Adapun, Jokowi mengatakan bahwa Indonesia dalam perjalanannya menguasai 51% saham Freeport tidaklah mulus. Jokowi menyebutkan bahwa Indonesia mebutuhkan nyali dalam menguasai saham mayoritas dari Freeport tersebut.

“Kita mendapatkan 51% apa mudah, butuh nyali juga. Wah nanti ini akan apa, dari intelijen negara mana bergerak, Bapak akan jatuh, karena ini ini ini, wah bayangan. Tapi saya nggak bayangin sih,” jelasnya.

Seperti diketahui, pada 2018 lalu Indonesia resmi menjadi pemegang saham mayoritas PT Freeport Indonesia sebesar 51,23% melalui Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertambangan MIND ID atau sebelumnya atas nama PT Inalum (Persero).

Adapun nilai akuisisi untuk menjadi pemegang saham mayoritas Freeport ini mencapai US$ 3,85 miliar atau setara Rp 55,8 triliun saat itu. Akuisisi ini menandai peningkatan kepemilikan Indonesia di PTFI dari semula hanya 9,36% menjadi 51,23%.

Namun demikian, biaya RI untuk mengakuisisi 41,87% saham Freeport McMoran (FCX) di PT Freeport Indonesia senilai US$ 3,85 miliar pada 2018 lalu diperkirakan akan balik modal pada 2024, lebih cepat dari perkiraan awal yakni pada 2025.

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengungkapkan bisa lebih cepatnya pengembalian biaya akuisisi MIND ID atas saham Freeport ini dipicu oleh lonjakan harga tembaga, lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.

Tony menyebutkan, mulanya perusahaan memperkirakan harga tembaga sekitar US$ 3,75 per pon. Namun ternyata saat ini harga tembaga sudah menembus hingga US$ 3,8 per pon, dan nantinya diperkirakan masih akan terus naik hingga US$ 4 per pon.

Dengan begitu, pendapatan PTFI akan semakin melonjak dan dividen yang bisa diberikan kepada MIND ID bisa semakin besar. Seperti diketahui, dengan akuisisi tersebut, Indonesia melalui MIND ID atau Inalum telah menjadi pemegang saham mayoritas yakni 51,23% saham di PTFI dari sebelumnya hanya 9,36%.

“Pada saat kita itu down 2025, itu akan payback-nya masih menggunakan asumsi harga tembaga US$ 3,75 per pound. Sekarang harganya sudah US$ 3,8, kita asumsikan masih bisa mencapai US$ 4,” jelasnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (28/12/2022).

“Dengan asumsi US$ 4 (per pon), itu bisa tercapai lebih cepat dari yang diperhitungkan sebelumnya,” tandasnya.

Perlu diketahui, perusahaan tambang emas-tembaga raksasa Amerika Serikat (AS) yang juga beroperasi di Indonesia, PT Freeport-McMoran Inc., mencatatkan pendapatan US$ 22,78 miliar atau setara Rp 341,70 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$) sepanjang tahun 2022.

Melansir data laporan keuangan Freeport-McMoran, 37% dari total pendapatan tersebut berasal dari operasi di Indonesia yang nilainya mencapai Rp US$ 8,43 miliar (Rp 126,39 triliun). Angka tersebut setelah dikurangi biaya royalti, bea ekspor dan biaya-biaya lainnya. Royalti dan bea ekspor Freeport untuk operasi di Indonesia tercatat masing-masing sebesar US$ 357 juta (Rp 5,36 triliun ) dan US$ 307 juta (Rp 4,61 triliun).

Total pendapatan operasi Freeport di Indonesia sebelum penyesuaian mencapai US$ 9,39 miliar (Rp 140,84 triliun). Pendapatan dari penjualan tembaga tercatat US$ 6,02 miliar, penjualan emas US$ 3,24 miliar dan penjualan perak US$ 134 juta. (*)


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *