Klaten, faktapers.id – Tingkat kejahatan klitih di Klaten saat ini marak dan diperbincangkan banyak orang. Dalam seminggu terakhir ini beberapa wilayah aktif dengan kejahatan klitih.
Kepolisian Resor (Polres) Klaten berhasil meringkus puluhan pelaku kejahatan jalanan. Dari pelaku kejahatan tersebut, sebagian besar merupakan pelajar atau anak-anak di bawah umur.
Kondisi itu membuat pihak berwajib kesulitan menempatkan kasus-kasus kejahatan pada tingkat kejaksaan atau pengadilan. Untuk itu, salah satu pencegahan preventif Polres Klaten bekerjasama dengan sekolah melakukan sosialisasi.
Maraknya aksi klitih itulah yang menggerakan Polres Klaten untuk mendatangi kepada sekolah dari tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) di seluruh Kabupaten Klaten.
Seperti yang dilakukan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Ngawen Klaten pun menggelar sosialisasi gerakan terpadu penanggulangan kejahatan klitih yang berlangsung di sekolah setempat, pada Kamis (26/10/2023).
Pada kesempatan itu, Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 1 Ngawen, Andreas Kristanto mengatakan, pelajar yang memasuki usia remaja berada pada masa-masa krusial. Pasalnya, kata dia, mereka berada pada tahap pencarian jati diri dan eksistensi. Antusiasme mereka akan hal-hal baru juga kelewat besar.
“Sehingga, energi mereka harus disalurkan pada hal-hal positif. Kejahatan jalanan remaja ini perlu perhatian besar dari orang tua dan sekolah. Maka dari itu, sekolah mengumpulkan orang tua ini bertujuan memberikan kewaspadaan terhadap anak-anak mereka,” kata Andreas.
Ia pun meminta setiap orang tua untuk terus memantau aktivitas anak-anak mereka, terutama saat malam hari. Kepada putra-putrinya diminta mengawasi secara ketat dan memastikan pada pukul 22.00 WIB harus sudah dirumah.
“Agar mereka (anak-anak atau remaja) tidak menjadi korban atau pelaku kejahatan klitih. Hal ini penting disampaikan agar segera ditindak-lanjuti supaya kejahatan klitih bisa ditekan bahkan tidak ada sama sekali,” kata dia.
Lebih lanjut, ia menuturkan, generasi geng atau kelompok di sekolah berpotensi memunculkan kejahatan klitih di jalanan. Menurutnya, rantai ini sebetulnya bisa diputus apabila seluruh pihak bisa bersinergi bersama.
“Sekolah memerankan peran krusial dalam pemetaan murid-murid yang dibimbing melalui gerakan tertib dan displin yang ditangani guru konseling dan bapak ibu wali kelas. Ketika sekolah sudah bisa mengidentifikasi murid yang keluar jalur, maka upaya-upaya pencegahan akan lebih mudah dilakukan,” ujar dia.
Andreas mengatakan, kepala sekolah bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab mencegah kejahatan anak-anak di jalanan. Akan tetapi, semua pihak di sekolah perlu duduk bersama menyelesaikan kenakalan remaja di Klaten.
Salah satu cara yang bisa dilakukan sekolah, menurutnya, adalah merazia siswa sebelum pelajaran dimulai. Hal ini dilakukan sekolah setiap hari senin dan jumat dengan harapan bisa menanggulangi klitih sebelum siswa kena pengaruh dan dampak.
“Begitu pula bimbingan konseling dengan melibatkan tokoh-tokoh rertentu dalam kegiatan sekolah. Selain itu, nilai tata budaya juga perlu dimasukkan selain nilai agama. Sebagai kepala sekolah yang diamanati Bupati kami sangat mengapresiasi himbauan Kapolres Klaten,” pungkasnya.
(Madi)