DaerahBali

Tarian Sakral Gambuh Anturan Harus Pentas Setiap Puja Wali, Topeng Detia Dibuat Kumpi Lemek

130
×

Tarian Sakral Gambuh Anturan Harus Pentas Setiap Puja Wali, Topeng Detia Dibuat Kumpi Lemek

Sebarkan artikel ini

Singaraja.Faktapres.id – Banyak kesenian khas yang dimiliki oleh para Desa Adat di Bali kerap mengalami kesulitan regeberasi tetapi desa adat Anturan Buleleng dalam melestarikan kesenian khasnya yang dimiliki yaitu Tarian Sakral Gambuh malah berbalik

Setiap pelaksanaan Upacara atau sering disebut puja wali di Pura Kayangan tiga Desa Adat Anturan, tarian sakral Gambuh yang hanya sekali harus dipentaskan setiap piodalan selalu menjadi primadona ribuan kerama adat karena para penari merupakan pemeranyan lelaki yang bertugas sebagai truna bunga, bahkan saat menari para lelaki menimbulkan kelucuan yang sangat berbeda karena acap tertawa ketika melihat para truna kurang lugas saat menari

Pementasan tarian Gambuh dengan mengambil cerita Cupak dan Gerantang yang dipentaskan pada 31 oktober 2023 , yang mengisahkan keangkuhan dan keserakahan Putu Cupak yang doyan makan Cupak seorang kakak berperawakan tambun dan tinggi besar, licik, rakus, pendengki, suka berbohong dan mencuri menjadi sifatnya. Wajahnya pun jelek dan seram, tutur katanya kasar dan tidak sopan. Sedangkan Made Gerantang seorang adik berperawakan tegap namun luwes, tutur katanya halus dan sopan, berwajah tampan nan gagah, baik, jujur dan pemaaf menjadi sifatnya.

Cerita Gambuh yang artinya Ga=Jalan , Mbuh = kosong atau kurang jadi Gambuh bisa disebutkan jalan kosong menuju Sunia Loka. Jadi Gambelan yang kurang lengkap hanya saja penambahan seruling yang mengalun sehingga suara beberapa gambelan menimbulkan alunan merdu.

Kisah Cupak Gerantang juga dikemas dengan adanya sang raksasa bernama Menaru atau Detia dengan rambut pangjang mengurai kebawah dan wajah seram menculik putri raja yang bernama Galuh Daa. Singkat cerita dalam samyembara yang diumumkan sang Raja, Putri Galuh dapat diselamatkan oleh Made Gerantang dari cengkraman Menaru didalam Goa, namun akal licik Putu Cupak agar bisa menjadi raja di Kerajaan Daa pertarungan Gerantang dan Menaru tak dihirahukan . Sang putri dibawa lari menuju Kerajaan Daa untuk dipersembahkan kembali kepada sang raja dan keberhasilan membawa putri ke Kerajaan sang Cupak memiliki akal licik akhirnya diangkat menjadi Raja Daa

Desa Anturan sendiri, topeng Detia tersebut dibuat oleh pengelingsir bernama Kumpi Lemek dari keluarga Nengah Wirata yang konon kala itu dibuat hanya untuk dipajang dipura Desa namun lambat laun topeng tersebut nyatanya ada yang menghuni dan timbul pawisik, bahwa minta diikut sertakan dipentaskan ketika Tarian Gambuh dilaksanakan, dan pemeran atau pemakai dari topeng Detia tersebut tidak sembarang orang bisa atau dapat menyatu dengan wibawa topeng tersebut. Menurut cerita yang beredar jika topeng tersebut tidak sehati dengan pemakainya maka orang tersebut besar kemungkinan berumur pendek.

Pementasan Tarian sakral Gambuh pada (30/10) di areal Balai Agung Desa Adat Anturan, jro Bendesa Ketut Mangku selaku truna bunga yang ikut juga ambil bagian dalam menari Gambuh sebagai patih raja kepada awak media didampingi pemangku Pura Desa Jro Ketut Kartia mengatakan,

“Tari Sakral Gambuh seperti yang sudah dilaksanakan dan dikatakan oleh pengelingsir terdahulu, adanya Tarian ini bersamaan dengan dibentuknya desa adat Anturan. Tarian ini manakala ada piodalan dipura khayangan tiga wajib dipentaskan/disolahkan sekali saja sebagai melengkapi upacara Dewa Yadnya yang dilaksanakan kerama adat.”papar Ketut Mangku.

Dalam melestarikan Budaya sakral ini, kata Ketut Mangku tidak kekurangan generasi bahkan menurutnya banyak masyarakat yang seni namun hanya yang sebagai teruna bunga dapat memerankan, “jadi teruna bunga ini selain tugasnya juga melaksanakan upacara juga harus mementaskan tarian Gambuh, namun kami tetep bina mereka dan berikan pelatihan sehingga ketika pentas sesuai dari yang kita harapkan,”terang Ketut Mangku.

Sisi lain pengelinsir Desa Anturan sekaligus mantan teruna bunga Jro Ketut Windra yang juga sempat sebelum beliau sakit pernah menari gambuh dan memainkan gambelan tersebut dengan membawa seruling menjelaskan secara detail ,

“Dulu adanya menurut para pengelingsir, tarian Gambuh sejak desa ini berdiri kala jaman kerajaan, dan Gambuh ini para penari diajari oleh orang dari Desa Banjar karena di wilayah Kerajaan Banjar ada juga seni Gambuh. Tahun 1976 Gambuh ini malah di pentaskan di Banjar katanya regenerasi Gambuh di Banjar sudah tidak ada artinya punah. Nah jadi Gambuh yang ada di Anturan dipakai selalu untuk melengkapi piodalan dipura dan tidak diperbolehkan dipentaskan diluar pura atau dilapangan disamping itu tarian ini sakral,”terangnya.

(ds)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *