Berita

Kritik Penyelenggaraan pemilihan 2024 Jangan Dianggap Angin Lalu

79
×

Kritik Penyelenggaraan pemilihan 2024 Jangan Dianggap Angin Lalu

Sebarkan artikel ini
Kritik Penyelenggaraan pemilihan 2024 Jangan Dianggap Angin Lalu

Faktapers.id JAKARTA – Kritik terhadap penyelenggaraan pilpres , termasuk sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tersebut terindikasi berpihak pada salah satu pasangan calon di dalam Pilpres 2024, tidak ada boleh dianggap sebagai angin lalu. Kritik itu harus ditanggapi dengan berlaku adil di pesta demokrasi lima tahunan ini.

Hal ini disampaikan peneliti senior urusan politik Badan Investigasi juga Inovasi Nasional (BRIN) Prof Lili Romli menanggapi keprihatinan yang mana disuarakan banyak tokoh nasional lalu agama yang digunakan tergabung di Inisiatif Nurani Bangsa (GNB). Mereka di dalam antaranya Sinta Nuriyah (istri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid/Gus Dur); Alissa Wahid (putri sulung Gus Dur), Lukman Hakim Saifuddin (mantan Menteri Agama), Romo Ignatius Kardinal Suharyo, Pendeta Gomar Gultom, Karlina Rohima Supelli (filsuf serta astronomer), hingga KH Quraish Shihab (cendekiawan muslim).

“Presiden harus benar-benar berlaku adil, bukan boleh memihak lalu diskriminatif,” kata Prof Lili pada keterangannya dikutip, Kamis (18/1/2024).

Menurutnya, keprihatinan GNB berhadapan dengan situasi penyelenggaraan pemilihan umum yang digunakan sangat jauh dari jujur lalu adil (jurdil) harus direspons. Sebab, pernyataan GNB merupakan perwakilan keresahan publik.

“Saya kira dapat mewakili keprihatinan rakyat terhadap penyelenggaraan pemilihan umum sekarang, yang tersebut ditengarai ada intervensi presiden. Keprihatinan itu perlu direspons oleh presiden, jangan sampai dianggap angin lalu,” kata Prof Lili.

Menurutnya, munculnya Inisiatif Nurani Bangsa menunjukkan bahwa ada tanda-tanda presiden telah tak netral lagi. Pernyataan itu juga menjadi pringatan bagi presiden agar tak cawe-cawe di Pilpres 2024.

Untuk diketahui, Koalisi Aksi Nurani Bangsa (GNB) menemui Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin untuk menyuarakan kepentingan nasional pada fase kritis transisi kepemimpinan bangsa. Pertemuan yang tersebut dinamakan Merdeka Selatan itu menghasilkan kembali beberapa orang kesimpulan penting.

Berita Lainnya Faktapers di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *