JabodetabekPolitik

Putri Asli Papua Menangis Keindahan Raja Ampat Terancam Sirna Akibat Tambang Nikel

181
×

Putri Asli Papua Menangis Keindahan Raja Ampat Terancam Sirna Akibat Tambang Nikel

Sebarkan artikel ini
Aini Pattihahuan Gebze yang juga aktivis pegiat sosial kemasyarakatan

Jakarta, faktapers.id – Seperti diketahui, Pemerintah mencabut izin usaha pertambangan (IUP) empat perusahaan nikel di Raja Ampat, Papua Barat daya pada Selasa 10 Juni 2025 lalu.

Namun hal itu tak cukup membuat putri daerah asli Papua, Aini Pattihahuan Gebze puas. Baginya pengerusakan tanah Papua akibat pertambangan nikel itu telah merusak keindahan Raja Ampat.

Raut wajak Aini Pattihahuan Gebze yang juga aktivis pegiat sosial kemasyarakatan ini mulai memerah ketika memulai pembicaraan tentang rangkaian permasalahan yang muncul akibat pertambangan nikel di Raja Ampat.

Sesekali butiran air kecil keluar dari kedua matanya melihat ‘Syurga’ Raja Ampat yang sudah terkoyak. Dia tidak terima tambang nikel di Raja Ampat dilakukan oleh orang-orang yang tidak memikirkan masa depan anak cucu, tidak memikirkan dampak kerusakan ke depannya.

“Saya benar-benar merasa sedih melihat keadaan sekarang. Sudah terlalu lama keadilan belum hadir untuk Papua,” kata Aini disela-sela sebuah acara di Kawasan Jalan Gatot Subroto, Selasa, (17/6/2025).

Dengan suara yang sedikit terbata bata, Aini tidqk memungkiri bahwa pembangunan di Papua memang ada, namun hasilnya belum dirasa menyentuh akar kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.

“Papua itu indah dan kaya. Tapi apakah rakyat Papua benar-benar menikmati hasil kekayaan itu? Rasanya tidak,” tambahnya.

Menurutnya, masyarakat Papua sering kali dianggap tidak mampu atau kurang berpendidikan, padahal mereka memiliki hati yang tulus dan cinta tanah air. Ia juga menyindir bahwa banyak keputusan besar yang menyangkut sumber daya Papua tidak sepenuhnya melibatkan suara rakyat asli.

Ia menggambarkan Raja Ampat sebagai taman rumah yang tiba-tiba digali dan dirusak tanpa persetujuan pemilik aslinya.

“Apakah bapak akan senang jika taman rumah Bapak yang indah tiba-tiba dibongkar? Begitulah rasa kami terhadap Papua,” tuturnya.

Aini berharap, pemerintah bisa hadir dan melindungi Papua, bukan hanya dari aspek pembangunan fisik, tetapi juga kelestarian alam dan martabat masyarakatnya.
“Lindungi alamku, lindungi Papua. Ini bukan hanya untuk kami, tapi untuk Indonesia,” pungkasnya.

(Her)