JawaSeni Budaya

Tayub Ngandong, Warisan Budaya Adiluhung yang Terus Dihidupkan Lewat Acara Bersih Desa

105
×

Tayub Ngandong, Warisan Budaya Adiluhung yang Terus Dihidupkan Lewat Acara Bersih Desa

Sebarkan artikel ini

Klaten, faktapers.id – Lapangan Sentono Desa Ngandong, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Kamis malam (19/6/2025), menjadi saksi kemeriahan puncak acara tradisi tahunan Bersih Desa yang dikemas dalam gelaran seni Tayub. Mengusung tema “Bangun Desa Kanthi Roso”, warga Desa Ngandong menyuguhkan pertunjukan budaya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat makna kebersamaan dan pelestarian warisan leluhur.

Ketua panitia kegiatan, Suratno, mengungkapkan bahwa Tayuban kali ini menjadi yang paling meriah dalam sejarah penyelenggaraan Bersih Desa di Ngandong. Biasanya, pementasan hanya digelar di dalam kampung, namun berkat dukungan sponsor, acara tahun ini bisa dilaksanakan di lapangan yang lebih luas dan terbuka untuk masyarakat umum.

“Tujuan kami tentu untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa setelah masa panen. Tapi lebih dari itu, kami ingin membangun desa dengan roso atau rasa kebersamaan, gotong royong, antara tua dan muda, sehingga desa kami menjadi lebih baik dan masyarakatnya sejahtera,” ujar Suratno.

Seni Tayub memang menjadi ciri khas Desa Ngandong dan dari seluruh wilayah Kecamatan Gantiwarno, hanya Ngandong dan Desa Serut yang masih melestarikan kesenian ini secara rutin. Di Desa Ngandong sendiri, Tayub berkembang di dua dukuh, yakni Dukuh Ngorean dan Dukuh Banyu Urip. Dulu, kesenian ini juga hidup di Dukuh Gedongan, namun kini telah hilang.

“Generasi muda di desa kami masih mau meneruskan Tayub sebagai bentuk sinergi budaya antara tua dan muda. Ini penting agar budaya tidak putus di tengah jalan. Tayub adalah seni Jawa yang adiluhung, perlu dikemas dengan baik supaya tetap relevan,” imbuhnya.

Rangkaian kegiatan Bersih Desa telah dimulai sejak seminggu sebelumnya melalui tradisi Sadranan, yang diawali dengan arak-arakan gunungan dan dilanjutkan ziarah ke makam leluhur desa, Ki Ageng Giring. Acara juga diisi dengan tenongan, tahlil, dan doa bersama, yang semuanya mencerminkan nilai spiritual dan sosial yang kuat dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Camat Gantiwarno, Veronica Retno Setyaningsih, turut hadir dan memberikan apresiasi atas penyelenggaraan yang kental nuansa budaya tersebut. Ia menekankan pentingnya pelestarian Tayub sebagai warisan budaya yang tidak boleh punah.

“Di Kecamatan Gantiwarno, hanya di Desa Ngandong dan Serut yang masih aktif melestarikan Tayub. Ini kekayaan budaya yang sangat berharga. Tayub bukan sekadar hiburan, tapi juga identitas budaya yang harus terus dijaga,” ujar Camat Veronica.

Acara malam itu turut dihadiri oleh Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo beserta jajaran pemerintah daerah, Camat Gantiwarno dan unsur Forkopimcam, para Kepala Desa se-Kecamatan Gantiwarno, DPRD Jawa Tengah, serta tokoh-tokoh masyarakat. Kehadiran para pemangku kepentingan ini menunjukkan dukungan nyata terhadap pelestarian budaya lokal di tengah masyarakat.

Dengan gelaran yang semakin meriah dari tahun ke tahun, masyarakat berharap tradisi Tayuban di Ngandong terus tumbuh dan mendapatkan ruang dalam pembangunan kebudayaan daerah. Seni Tayub bukan hanya milik masa lalu, tapi juga warisan hidup yang membentuk jati diri masyarakat hari ini dan masa depan.

(Madi)