Jakarta, faktapers.id— Sekitar 75 mahasiswa dari BEM IBS menggelar aksi simbolik bertajuk “September Hitam” di perempatan McD Kemang, Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, pada hari Kamis, 11 September 2025. Aksi yang dimulai pukul 16.33 WIB ini diselenggarakan untuk menyoroti berbagai isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dinilai belum terselesaikan di Indonesia.
Massa aksi membawa sejumlah spanduk dan poster yang menyuarakan protes mereka dengan lantang, di antaranya bertuliskan, “Keadilan untuk HAM,” “Indonesia Darurat HAM,” “Menolak Lupa Tragedi Kanjuruhan,” dan “Negeri Milik Oligarki.” Slogan-slogan ini menggambarkan kekecewaan mereka terhadap kondisi hukum dan keadilan di Tanah Air.
Dalam orasi yang disampaikan secara bergantian, para mahasiswa menuntut pemerintah untuk lebih serius menangani kasus-kasus HAM masa lalu. Salah satu orator mengingatkan bahwa “ribuan orang tewas dalam pembantaian yang tidak adil dan tidak manusiawi” dan menegaskan, “ingatan adalah senjata.” Mereka menyatakan bahwa banyak berkas keadilan yang “berdebu” dan tangisan keluarga korban yang tidak pernah didengarkan.
Isu pelanggaran HAM yang paling disoroti adalah kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib. Seorang orator secara khusus mengutuk keras pembunuhan Munir pada tahun 2004, yang menurut mereka masih menyisakan banyak misteri. Mereka berpesan kepada masyarakat untuk tidak melupakan perjuangan Munir yang berani menentang dan berkorban demi keadilan.
Selain isu HAM, para mahasiswa juga menyuarakan isu-isu sosial dan hukum terkini, seperti lambatnya pengesahan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT). Mereka mengkritik bahwa RUU ini sudah hampir satu dekade dirancang namun belum juga disahkan, padahal banyak pekerja ART yang rentan mengalami kekerasan dan tidak mendapatkan upah layak.
Aksi ditutup dengan pembacaan Sumpah Mahasiswa Indonesia yang berisi tiga poin, yaitu bersumpah untuk memiliki “tanah air tanpa penindasan,” “bangsa yang gandrung akan keadilan,” dan “bahasa tanpa kebohongan.”
Meskipun memadati area perempatan yang ramai, aksi berjalan dengan aman dan kondusif. Pada pukul 17.36 WIB, massa aksi membubarkan diri secara tertib. Pihak kepolisian tidak melakukan penangkapan dan situasi tetap terkendali. Aksi ini menjadi pengingat bagi publik bahwa semangat perjuangan mahasiswa untuk keadilan masih terus menyala.
[]