JawaHukum & Kriminal

Proyek Talud Prambanan-Piyungan Sarat Penyimpangan, Gunakan Batu Bekas hingga Pasir Abu Batu

76
×

Proyek Talud Prambanan-Piyungan Sarat Penyimpangan, Gunakan Batu Bekas hingga Pasir Abu Batu

Sebarkan artikel ini

Jogjakarta, faktapers.id – Proyek pembangunan talud sungai di jalur strategis Prambanan–Piyungan menjadi sorotan publik setelah ditemukan sejumlah pelanggaran teknis yang patut dipertanyakan. Hasil penelusuran di lokasi menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut jauh dari standar konstruksi yang seharusnya diterapkan dalam proyek infrastruktur publik.

Salah satu temuan paling mencolok adalah penggunaan batu bekas dari talud lama. Batu-batu ini didaur ulang dan kembali dipasang tanpa melalui proses seleksi atau pemrosesan ulang yang layak. Selain itu, acian adukan pada pasangan batu tidak dilakukan secara penuh beberapa titik bahkan tampak hanya ditempel seadanya, tanpa memperhatikan kekuatan ikatan antar-batu.

Lebih jauh, campuran adukan yang digunakan bukan pasir standar, melainkan abu batu, yang sangat tidak ideal untuk struktur penahan tanah. Hal ini semakin diperparah dengan teknik pemasangan yang hanya menggunakan setengah batu pada sejumlah segmen talud, membuat struktur rawan runtuh saat debit air meningkat.

Mirisnya lagi, proyek ini tidak memiliki papan informasi proyek di lokasi. Tidak ada penjelasan mengenai siapa pelaksana, nilai anggaran, sumber dana, atau durasi pekerjaan. Hal ini menimbulkan kecurigaan di kalangan masyarakat bahwa proyek ini adalah proyek “siluman” yang dikerjakan tanpa transparansi dan akuntabilitas publik. Padahal, keberadaan papan informasi merupakan kewajiban dalam setiap proyek yang menggunakan anggaran negara.

Ketika ditanya mengenai alasan teknis di balik konstruksi yang tidak maksimal ini, pihak pelaksana berdalih bahwa banyaknya akar pohon besar di sekitar lokasi membuat mereka tidak berani melakukan pemangkasan, sehingga talud harus menyesuaikan kondisi di lapangan.

Namun, alasan tersebut dinilai tidak dapat diterima oleh banyak pihak. “Kalau memang ada akar, harusnya sudah ada penanganan sejak awal. Jangan korbankan mutu hanya karena tidak siap secara teknis,” ungkap Harso, salah satu warga yang geram melihat kualitas pekerjaan proyek, Selasa (16/9/2025).

Senada dengan itu, Murtono, seorang petani yang lahannya berada tepat di sisi proyek, juga menyampaikan kekhawatirannya. “Kalau musim hujan datang, air bisa meluap sampai ke sawah kami. Talud ini mestinya jadi pelindung, tapi kalau dibangun asal-asalan begini ya malah bikin takut. Kami warga kecil yang menanggung risikonya kalau ambrol,” ujar Murtono saat ditemui di lokasi proyek.

Masyarakat setempat kini mendesak agar proyek ini diaudit secara menyeluruh oleh pihak independen, serta melibatkan aparat penegak hukum jika ditemukan indikasi pelanggaran anggaran atau manipulasi material. Sebab, talud sungai bukan hanya soal bangunan fisik, melainkan juga menyangkut perlindungan lingkungan dan keselamatan warga, terutama menjelang musim hujan. Proyek asal-asalan adalah bom waktu yang bisa memicu bencana.

(Red/002)