Klaten, faktapers.id – Desa Pokak, yang terletak di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, merupakan salah satu desa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Jawa, khususnya dalam tradisi pertanian dan spiritualitas.
Salah satu tradisi yang terus dilestarikan hingga kini adalah Bersih Desa, sebuah kegiatan sakral yang mengandung nilai kebersamaan, penghormatan terhadap leluhur, dan rasa syukur atas berkah alam.
Menurut tokoh masyarakat Desa Pokak, Wahyu Adhi Dermawan, masyarakat Jawa memiliki budaya nguri-uri kabudayan atau melestarikan budaya leluhur.
Dalam pandangan beliau, warga Desa Pokak sangat patuh terhadap budaya, terutama nilai “mikul dhuwur mendhem jero”, yakni menghormati dan menjaga nama baik para leluhur.
Dari nilai inilah, tradisi Bersih Desa dianggap sebagai bentuk konkret penghormatan dan rasa syukur kepada para pendahulu dan alam yang telah memberi kehidupan.
Acara Bersih Desa bukan hanya seremoni spiritual, tetapi juga menjadi ajang kekompakan warga, di mana seluruh lapisan masyarakat berkumpul, bersilaturahmi, dan berbagi cerita.
“Selain hari raya Idul Fitri, Bersih Desa ini menjadi momen penting untuk berkumpul bersama keluarga dan masyarakat, saling bertukar cerita, serta menunjukkan potensi desa,” ungkap Wahyu Adhi Dermawan, Jumat (19/9/2025).
Masyarakat merasakan manfaat besar dari kegiatan ini, baik dari segi sosial maupun spiritual, sehingga acara ini selalu dinantikan dan dilaksanakan setiap tahun.
Salah satu pusat kegiatan spiritual dan budaya dalam tradisi Bersih Desa di Pokak adalah Sendang Sinangka. Sendang ini memiliki nilai sejarah dan kepercayaan tinggi bagi warga setempat.
Sendang Sinangka dipercaya sebagai tempat petilasan dan sumber kehidupan bagi masyarakat Desa Pokak sejak zaman dahulu kala. Air dari sendang ini diyakini membawa keberkahan dan digunakan untuk berbagai ritual adat, terutama dalam acara Bersih Desa.
Dalam sejarah lisan yang berkembang di masyarakat, Sendang Sinangka dahulu merupakan tempat pertapaan seorang tokoh spiritual atau leluhur yang dihormati.
Nama “Sinangka” sendiri diyakini berasal dari kata “sangka” yang dalam bahasa Jawa berarti “dugaan” atau “asal mula”, mengisyaratkan bahwa sendang ini merupakan sumber awal kehidupan dan berkah bagi warga desa.
Selain nilai spiritual, Sendang Sinangka juga menjadi sumber air penting bagi kebutuhan pertanian masyarakat, yang mayoritas masih menggantungkan hidupnya dari bercocok tanam.
Oleh karena itu, keberadaan sendang ini bukan hanya dimaknai secara simbolis, tetapi juga sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Pokak.
Melalui tradisi Bersih Desa dan pelestarian Sendang Sinangka, masyarakat Pokak terus menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan leluhur.
Tradisi ini menjadi bukti nyata bahwa budaya Jawa bukan hanya warisan, tetapi juga menjadi pedoman hidup yang terus relevan di tengah arus modernisasi.
(Reporter : Ani Sumadi)