MancanegaraOlahraga

Isu Perpecahan AFC Mencuat, Jepang dan Irak Dikabarkan Mempertimbangkan Pembentukan Konfederasi Baru

36
×

Isu Perpecahan AFC Mencuat, Jepang dan Irak Dikabarkan Mempertimbangkan Pembentukan Konfederasi Baru

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

Tokyo, faktapers.id – Dunia sepak bola Asia kembali diguncang isu sensitif mengenai potensi perpecahan di dalam tubuh Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Menurut laporan yang beredar luas, terutama dari media Irak UTV, Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) secara serius tengah mempertimbangkan untuk menarik diri dari AFC dan berencana membentuk konfederasi tandingan di Asia Timur, dengan alasan ketidakpuasan mendalam terhadap tata kelola dan tuduhan pengaruh Qatar yang berlebihan serta praktik korupsi di dalam AFC.

​Wacana ini muncul seiring meningkatnya rasa frustrasi di kalangan pemangku kepentingan sepak bola Jepang. Salah satu pemicu spesifik yang disebut-sebut adalah keputusan kontroversial terkait format dan jadwal turnamen klub baru, AFC Champions League Elite (ACLE). JFA merasa klub-klub dan pemain Jepang, termasuk bintang-bintang yang merumput di Eropa seperti Takefusa Kubo, dirugikan oleh jadwal yang tidak adil dan keputusan organisasi yang dianggap bermasalah.

​Contoh terbaru yang disorot adalah insiden yang melibatkan klub Vissel Kobe. Meskipun klub tersebut terkena dampak dari penarikan tim Shandong Taishan, yang seharusnya menguntungkan Kobe dalam posisi klasemen, AFC justru dilaporkan tetap menjatuhkan denda kepada Kobe atas insiden sebelumnya—sebuah tindakan yang diinterpretasikan sebagai standar ganda dan menunjukkan adanya ketidakadilan.

​Irak dan Gelombang Dukungan Regional

​Laporan yang sama mengindikasikan bahwa Irak, yang secara geografis berada di Asia Barat, juga mempertimbangkan langkah serupa untuk meninggalkan AFC dan bergabung dengan entitas sepak bola baru yang digagas Jepang. Keputusan Irak ini didasari oleh ketidakpercayaan terhadap badan pengatur sepak bola Asia saat ini.

​Lebih lanjut, kabar mengenai pembentukan konfederasi baru di Asia Timur tersebut dilaporkan mendapat sambutan positif dari sejumlah negara lain di Asia yang juga memiliki kekecewaan terhadap AFC, termasuk Korea Selatan, yang notabene adalah rival tradisional Jepang di Asia Timur, serta Indonesia dan Oman. Dukungan dari negara-negara yang tersebar di Asia Tenggara hingga Asia Barat ini menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap AFC bersifat meluas, melampaui batas sub-konfederasi regional yang ada (seperti EAFF untuk Asia Timur dan WAFF untuk Asia Barat).

​Dampak Potensial Terhadap Struktur Sepak Bola Asia

​Jika rencana JFA ini benar-benar terwujud dan diikuti oleh kekuatan sepak bola regional lainnya, dampaknya terhadap peta kekuatan dan struktur turnamen di Asia akan sangat signifikan.

  1. ​Dominasi Kekuatan Sepak Bola Berkurang: Kepergian Jepang, dan berpotensi Korea Selatan, akan menghilangkan dua kekuatan terbesar dan tersukses di Asia (bersama Iran dan Arab Saudi) dari AFC. Hal ini secara instan akan mengurangi kualitas dan daya saing turnamen-turnamen utama AFC, termasuk Piala Asia dan kualifikasi Piala Dunia.
  2. ​Perubahan pada Sub-Konfederasi: Asia Timur saat ini memiliki Federasi Sepak Bola Asia Timur (EAFF). Sebuah konfederasi baru yang dipimpin Jepang kemungkinan akan menggantikan atau sangat melemahkan EAFF, dan bahkan bisa menarik anggota dari Asia Tenggara (seperti Indonesia) atau Asia Barat (seperti Irak dan Oman).
  3. ​Masalah Pengakuan FIFA: Setiap pembentukan konfederasi baru harus diakui oleh FIFA untuk memastikan tim nasional dan klub anggota dapat berpartisipasi dalam ajang global (seperti Piala Dunia dan Piala Dunia Antarklub). Proses pengakuan ini bisa menjadi hambatan utama dan melibatkan negosiasi yang kompleks di tingkat tertinggi.
  4. ​Implikasi Komersial: Jepang adalah pasar sepak bola yang besar dan maju secara komersial. Kepergian JFA akan memberikan pukulan telak pada nilai hak siar dan sponsor turnamen AFC.

​Isu ini menggarisbawahi adanya ketegangan yang mendalam antara federasi-federasi yang memiliki standar tata kelola tinggi dan kemandirian finansial, melawan kekuasaan yang terpusat di kawasan Asia Barat. Perkembangan lebih lanjut mengenai rencana JFA, tanggapan resmi dari AFC, dan langkah-langkah konkret dari negara-negara pendukung akan sangat menentukan masa depan sepak bola di benua kuning.

[]