Jakarta, faktapers.id – Dua hari setelah si jago merah melalap puluhan rumah di Jalan Duri Selatan IX, Tambora, Jakarta Barat, ancaman baru kini mengintai para korban. Di tengah keterbatasan posko pengungsian, 120 jiwa yang terdampak kini mulai bergulat dengan berbagai masalah kesehatan fisik dan tekanan psikologis.
Kondisi lingkungan pascakebakaran yang berdebu, bercampur dengan kelelahan dan stres berat akibat kehilangan harta benda, mulai memicu berbagai keluhan penyakit di lokasi pengungsian aula Kelurahan Duri Selatan.
Merespons kondisi darurat kemanusiaan ini, Polres Metro Jakarta Barat menerjunkan tim lengkap dari Seksi Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) pada Kamis (13/11/2025) sore. Tim medis ini hadir bukan sekadar untuk memberikan bantuan, tetapi untuk melakukan intervensi kesehatan secara langsung.
Kasi Dokkes Polres Metro Jakarta Barat, dr. Nancye Lorein, yang memimpin langsung kegiatan tersebut, mengungkapkan temuan di lapangan. Menurutnya, banyak warga mulai terserang penyakit yang erat kaitannya dengan kondisi pascabencana.
“Dari hasil pemeriksaan kami, keluhan yang paling banyak muncul adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), yang sangat rentan terjadi akibat sisa debu kebakaran dan kondisi pengungsian yang padat,” ujar dr. Nancye saat dikonfirmasi di lokasi.
Lebih jauh, dr. Nancye menjelaskan bahwa dampak musibah tidak hanya menyerang saluran napas. Stres berat yang dialami para korban terbukti berdampak langsung pada kondisi fisik mereka.
”Kami juga menemukan banyak kasus hipertensi (tekanan darah tinggi) dan keluhan kolesterol yang meningkat. Ini adalah reaksi fisik yang wajar akibat tekanan psikologis berat, syok, dan pola istirahat yang terganggu,” jelasnya.
Selain itu, keluhan lain seperti myalgia (nyeri otot) akibat kelelahan fisik mengurus sisa puing dan odontalgia (sakit gigi) juga ditangani langsung oleh tim medis.
Polres Metro Jakarta Barat menyadari bahwa musibah yang menghanguskan 23 rumah dan berdampak pada 10 rumah lainnya ini tidak hanya meninggalkan luka fisik. Kehilangan tempat tinggal yang menimpa 30 kepala keluarga adalah pukulan psikologis yang berat.
Oleh karena itu, tim Dokkes tidak hanya menggelar pemeriksaan kesehatan gratis dan membagikan vitamin, tetapi juga memberikan pendampingan trauma healing secara khusus.
”Kami hadir untuk memastikan kondisi kesehatan para korban tetap terpantau, sekaligus memberikan dukungan psikologis agar mereka bisa bangkit kembali,” tegas dr. Nancye.
Pendampingan ini, lanjutnya, bertujuan untuk meyakinkan warga bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi cobaan. “Kami ingin masyarakat tahu bahwa mereka tidak sendiri. Polri akan selalu ada di sisi mereka membantu, mendengar, dan mendampingi,” tambahnya dengan nada empatik.
Kegiatan yang berlokasi di aula Kelurahan Duri Selatan VII ini menjadi bukti nyata bahwa kepedulian pascabencana tidak cukup hanya dengan bantuan logistik, tetapi juga membutuhkan sentuhan medis dan pemulihan kesehatan mental yang serius.
[]













