Jakarta, faktapers.id – Demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKR), pada pelaksanaan Pemilu serentak, Pileg dan Pilpres, yang tinggal 27 hari ini, seluruh aparat sipil, TNI dan polisi diminta bersikap netral, membiarkan masyarakat jalankan pesta demokrasi.
“Ini 27 hari menuju TPS adalah momen krusial, biarkan rakyat berpesta, aparat jaga jarak. Jangan sekali-kali kalian nampak tidak adil, apalagi berbuat curang, bahaya. Meski kita hidup dalam demokrasi setelah amandemen ke-4 UUD 1945 tuntas, tapi apa yang dilakukan oleh petahana tetap sebagai mempertahankan kekuasaan,” ujar Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah di Jakarta, Selasa (19/3).
Dan, sambung dia, apa yang dilakukan penantang disebut sebagai merebut kekuasaan. “Dalam demokrasi, semua tindakan kita tidak saja harus berdasarkan hukum, tetapi juga harus berdasarkan etika,” cetus pimpinan DPR Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) itu.
Tegas Fahri, petahana harus mempertahankan kekuasaannya secara etis, dan penantang harus merebut kekuasaan juga secara etis. “Sebab, etika lah yang membuat bangsa ini tenang, meski sedang ‘perang’. Perang saudara atau sering juga disebut Civil War, atau perang warga sipil atau perang madani, bukan perang antar negara, tapi perang faksi-faksi dalam negara,” urai legislator PKS dari daerah Pemilihan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Masih menurut Fahri, ada banyak contohnya, hampir semua negara besar pernah mengalaminya. Ini adalah sengketa antar kelompo. “Maka dari itu kedua belah pihak, baik petahana maupun penantang bersama-sama menjunjung tinggi hukum dan etika dalam kompetisi, sebagaimana yang sudah diatur dan bahkan sudah disiapkan kode etik nya,” tegasnya lagi. oss