Makassar, faktapers.id – Pejabat fungsional dan tenaga teknis Lainnya merupakan think tank atau sumber ide suatu institusi. Tim pemikir teknis ini berperan strategis dalam memberikan input, feedback, kritik serta ide-ide yang kreatif dan inovatif untuk kemajuan institusi dalam menghadapai permasalahan dan tantangan saat ini dan ke depan, khususnya di Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan.
Saat ini, tenaga fungsional dan tenaga teknis baik dengan status ASN maupun Pegawai non ASN berjumlah 90 orang yang terdiri dari PEH 19 orang, Polhut 51 orang, Penyuluh Kehutanan 4 orang, Penggerak Swadaya Masyarakat 1 orang. Bhakti Rimbawan 5 orang, Pemandu Wisata 5 orang, Dokter Hewan 1 orang, Tenaga IT 1 orang, Animal Keeper 2 orang.
Tenaga fungsional tersebut diharapakan mampu mendukung tenaga manejerial untuk melaksanakan tugas dan fungsi yaitu perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan jasa lingkungan di 15 resort dan tapak yang tersebar di 2 Provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) dan 9 kabupaten/kota dengan luas kawasan konservasi hampir mencapai 400 ribu hektar.
Dalam pengelolaan kawasan konservasi sangat kompleks dengan dinamika lapangan yang dinamis, kegiatan penyegaran ini dilakukan agar tenaga fungsional dan tenaga teknis lainnya mendapat soft skill dan kapasitas/kompetensi kekinian untuk dapat menyikapi permasalahan yang ada.
Proses penyegaran ini diawali dengan outbond untuk meningkatkan team work yang bersinergi oleh Tim Creative BDK yang berisikan games-games seru. Adapun narasumber hari pertama Penyegaran Pejabat Fungsional dan Tenaga Teknis adalah Ir. Thomas Nifinluri, Msc selaku Kepala Balai Besar KSDA Sulsel, Sili suli seorang penulis buku sekaligus pecinta alam, dan Nur Alim Djalil seorang dosen di Universita Fajar, wartawan, dan juga penulis buku.
Kepala Balai Besar BBKSDA, Thomas dalam topik paparannya menerangkan, peran pejabat fungsional dan tenaga teknis lainnya dalam mendukung kinerja organisasi. “Dimana seorang pejabat fungsional yang baik harus memiliki ke-9 sifat yaitu, inisiator, advisor, assessor, communicator, corrector, facilitator, investigator, activator, developer,” kata Thomas.
Setelah Thomas, pemaparan dilanjutkan oleh Ir. Anis Suratin selaku Kabidtek yang menerangkan mengenai regulasi dan tupoksi terbaru pejabat fungsional lingkup BBKSDA Sulsel. Sili suli yang baru saja meluncurkan novel terbarunya berjudul “Surya, Mentari, dan Rembulan” memberi penjelasan mengenai gagasan cerdas menulis seorang pecinta alam dalam materinya dijelaskan best practicemenulis cerdas dengan tema konservasi yaitu dari sebuah masalah bisa menjadi buku dari adanya akar masalah yang terjadi.
“Ambil fenomena, petualangan maupun dalam rangka tugas yang ada untuk dijadikan sebuah topik/judul buku melalui berbagai metode dengan data survei ke dalam masyarakat. Langkah membuat buku yakni menentukan topik (pilih spesifikasi dari fenomena alam yang ada).
“Menentukan judul dengan membentuk tim kerja (melakukan penelitian dengan tim kerja dan masyarakat, pemburu (misalnya), dokter, ahli gizi, dokter hewan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya), videografer, kartografher (ahli pembuat peta), pemandu, polhut. Menentukan draft sistematika buku, menentukan tahapan ekspedisi, menyusun naskah dan editing, lalu menerbitkan buku,” ujar dia.
Narasumber berikutnya Nur Alim Djalil yang juga merupakan dosen di Universits Fajar menjelaskan topik teknik penulisan jurnalis populer dalam konteks konservasi sumber daya alam.
“Siapa yang menulis permasalahan konservasi dan memberitakannya yaitu kita semua, tidak selalu jurnalis dan wartawan yang mempublikasikan dan menulis. Dengan menulis dapat mempengaruhi kebijakan dan aturan-aturan yang ada di masyarakat. Diharapkan dapat menyuarakan permasalahan mengenai permasalahan konservasi,” tutur Nur Alim.
Dia menambahkan, salah satu teknik menulis yang diterapkan adalah teknik menulis deskriptif yaitu menulis secara detail seakan-akan pembaca berada di tempat kejadian.
“Dengan syarat harus ada kesan dominan (misalnya kepunahan, kesepihan) tujuan untuk tulisan lebih hidup di mana rasa dan warning lebih terasa. Penulisan bisa secara obyektif dan subyektif (memasukkan dirinya kedalam orang yang bercerita),” imbuhnya.
Perlu diketahui, tujuan penulisan di antaranya pembaca seakan akan dapat merasakan seperti yang dilukiskan, ada sesuatu yang dapat ditangkap panca indera, harus berhati-hati dalam penulisan detail harus konkret dan jelas, harus ada sesuatu kesan emosi (sedih kecewa, khawatir, penasaran atau was-was), membawa pembaca berdasarkan unsur kronologis ruang dan waktu, gunakan pendekatan dulu-sekarang-nanti untuk menunjukkan suatu proses perubahan dan gunakan penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan (bagaimana melukiskan sesuatu).
Sesi terakhir dari kegiatan hari pertama penyegaran pejabat fungsional dan tenaga teknis lainnya ini adalah evaluasi program dan peran pejabat serta menyusun rencana aksi dari permasalahan yang terjadi sekarang ini yaitu perambahan kawasan untuk kegiatan perkebunanan, ada anggota resort ko’mara yang terancam dibebaskan dari jabatan fungsional, ada konflik dengan masyarakat setempat, permasalahan pembuatan jalan di kawasan konservasi, dan terjadi penebangan liar dan pelaku melawan setelah ditegur.
Sementara itu, ada 2 (dua) versi pal batas dan perlu adanya koordinasi dengan BPKH, dan lain-lain. Acara penyegaran ini masih akan dilanjutkan hari ini Jumat (14/6/19) dengan menghadirkan ASN Inspiratif tahun 2018 Ir. Hunggul Yudono SHN, M.Si, Peneliti bidang Hidrologi dan Konservasi Tanah dengan topik “Kiat Etos Kerja ASN di Era Digital Industri 4.0” dan Daeng Beta, Pegiat wisata perahu Rammang-rammang, Maros Karst dengan topik “Pembelajaran Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat di Rammang-rammang Kabupaten Maros”. Hamzan