Klaten, faktapers.id – Busakanber inilah salah satu solusi penyangga pangan masa depan yang bisa dikembangkan di sekitar lingkungan rumah, untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan masyarakat, terutama kebutuhan protein hewani dan sayur mayur.
Apa itu Busakanber adalah singkatan dari membudidayakan Sayur dan Ikan dalam ember.
Busakanber ini sangat cocok dilakukan untuk mengisi waktu di rumah di masa pandemi Covid-19, karena kegiatannya cukup dilakukan di lingkungan sekitar halaman rumah atau kebun. Busakanber dikembangkan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Tambak, Kec Karangdowo.
Mengapa membudidayakan sayur dan ikan dalam ember?
Solusi ini dilakukan mengingat keterbatasan lahan untuk budidaya ikan dan mulai berkurangnya kualitas dan kuantitas air terutama di daerah perkotaan, sehingga busakanber menjadi salah satu pilihan yang bisa diterapkan untuk mengatasi solusi pangan masa depan.
Budidaya sayur kangkung/sawi dan ikan lele dalam ember dengan sistem aquaponik berpeluang meningkatkan kebutuhan akan protein hewani dan sayuran serta memudahkan masyarakat mendapatkan ikan dan sayur di lingkungan tempat tinggal. Cara ini sangat baik dikembangkan terutama untuk Ibu-ibu PPK dan ibu Rumah tangga untuk menambah asupan protein hewani dan nabati keluarga karena praktis dan tidak memakan banyak biaya dan tempat.
Selain mudah dilakukan, Busakanber menggunakan media yang kecil, portabel, hemat air dan tidak membutuhkan listrik.
Masyarakat telah banyak mengenal Tanaman Buah dalam Pot (Tabulampot) untuk kemajuan pertanian di perkotaan dan tempat tinggal yang sempit. Namun untuk budidaya perikanan belum ada, sehingga oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Tambak Kecamatan Karangdowo mengembangkan Busakanber.
Untuk membuat Busakanber dan Aquaponik bahan-bahannya sangatlah mudah didapat, hanya membutuhkan:
- Ember ukuran 80 liter,
- Benih ikan lele,
- Bibit Kangkung atau sawi,
- Gelas plastik,
- Arang,
- Kawat,
- Tang, dan
- Solder.
Cara membuat Busakanber sangatlah mudah, lakukan sebagai berikut :
- Sediakan gelas untuk tempat bibit kangkung sebanyak 10-15 buah, lubangi dengan solder bawah gelas;
- Potong kangkung dan masukkan ke dalam gelas kemudian isikan dengan arang batok kelapa sebanyak 50-80 % ukuran gelas;
- Potong kawat sepanjang 12 cm dan buat kait untuk pegangan gelas dalam ember;
- Isi ember dengan air sebanyak 60 liter diamkan selama dua hari;
- Isi ember dengan bibit ikan lele ukuran 5-12 cm sebanyak 60-100 ekor diamkan selama 1-2 hari;
- Setelah itu rangkai gelas kangkung dalam ember.
Untuk pemeliharaan Busakanber, letakkan ember di tempat terkena matahari maksimal. Berikan pakan kepada ikan sesuai ukuran sekenyangnya bisa 2-3 kali dengan waktu tetap (5-7cm pakan pf800,10cm pf1000, >12cm 781-2,781-1, 781).
Tanaman kangkung akan terlihat tumbuh di hari ke-3. Jangan lupa perhatikan bila ada kutu di daun kangkung, segera buang daun atau batang karena kangkung akan kriting dan mati. Penampakan air akan berubah menjadi warna hijau.
Perlu selalu diperhatikan dan amati nafsu makan ikan setiap hari.
Apabila nafsu makan ikan menurun, air berbau busuk (NH3, H2S), ikan menggantung (kepala di atas, ekor ke bawah) segera ganti air atau lakukan sipon (Penyedotan kotoran di dasar ember dengan selang).
Ganti air biasanya 10-14 hari sekali. Untuk penyedotan 5-8 liter, bisa lebih atau keseluruhan bila perlu, ganti dengan air bersih. Jika kangkung membesar maka dibutuhkan air lebih banyak, tambahkan air setinggi leher ember.
Waktu Panen Kangkung dan Ikan
Waktu panen tanaman kangkung pertama adalah 14-21 hari sejak tanam. Saat panen sisakan kembali bagian bawah atau tunas kangkung untuk pertumbuhan kembali.
Panen ke-2 dan selanjutnya berjarak 10-14 hari sekali. Panen kangkung bisa bertahan 4 bulan.
Untuk waktu panen ikan lele dapat dilakukan dalam 2 bulan, bila benih bagus dan pakan baik. Perlu diketahui tingkat bertahan hidup (survival) ikan lele 40-100%.
Cara memanen ikan lele dilakukan dengan diserok atau dikuras airnya. Ikan lele bisa berkurang karena loncat terutama saat hujan atau dimakan oleh kucing.
Selamat Mencoba. Sumber: Dikirim oleh Lutvi Agung Nugrahadi, STP (ASN Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Klaten). Madi