Oleh:* I Nyoman Tingkat
Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali.
Badung – Bali. Faktapers.id – Tahun Pelajaran 2020/2021 sudah berlangsung lebih dari satu bulan, sejak 13 Juli 2020. Para guru di sekolah disibukkan dengan aneka persiapan administrasi mengajar yang tidak sedikit. Belum lagi mengikuti aneka webinar dari berbagai instansi untuk kebutuhan pengembangan diri.
Orangtua di rumah juga disibukkan oleh pemenuhan kebutuhan siswa baru terkait dengan pembiayaan, baik untuk keperluan sekolah maupun untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Sementara itu, para siswa baru rindu bertemu dengan teman-temannya di sekolah baru. Bertemu kawan baru, guru baru, pegawai baru, lingkungan baru, dan cara pembelajaran baru.
Semua bentuk kerinduan itu terhalang oleh pandemic Covid-19 yang masih merajalela. Untuk mengobati rasa rindu itulah, Kelas Parenting dengan media zoom menjadi solusi untuk menjembatani komunikasi antara sekolah, orangtua, dan siswa. Itulah yang coba kami lakukan di SMA Negeri yang genap berusia 1 tahun, pada 3 September 2020.
Harus diakui bahwa kita tidak bisa bertatap muka, tetapi dapat bertatap maya untuk sekadar obat rindu yang tertahan Covid-19 melalui Kelas Parenting di masa genting. Masa genting perlu diimbangi dengan pikiran positip agar keluarga tidak terpelanting karena anak-anak harus banting setir beradaptasi dengan kebiasaan baru akibat Covid-19. Bukan hanya anak dan orangtua, melainkan juga guru di sekolah dipaksa beradaptasi.
Bagi orangtua di rumah, inilah kesempatan emas untuk menguatkan literasi media digital sembari mendampingi putra-putri belajar di rumah dengan pendekatan teknohumanstik. Pemanfaatan teknologi informasi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan untuk memperkuat jati diri keluarga yang berkeadaban, berkebudayaan, dan berkemajuan sesuai dengan semangat mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kelas Parenting yang dilaksanakan di sekolah mengacu pada Permendikbud Nomor 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan. Ada dua alasan yang melandasi terbitnya Permendikbud itu. Pertama, Keluarga memiliki peran strategis dalam dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kedua, pelibatan keluarga dalam penyelenggaraan pendidikan memerlukan sinergi antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat.
Kelas Parenting yang dilaksanakan pada masa Covid-19 adalah bentuk kolaborasi antara orangtua di rumah dan pengelola sekolah. Kelas ini dilakukan dengan aturan protokol kesehatan secara ketat dan berlangsung secara daring dengan aplikasi zoom, memiliki plus minus. Setidaknya ada empat sisi positip dari Kelas Parenting secara daring. Pertama, merespon keluhan ibu rumah tangga mendampingi anaknya yang belajar daring di rumah dan viral di media sosial. Dalam surat yang ditulis tangan oleh seorang yang mengaku ibu rumah tangga bergelar sarjana, tidak sanggup mengajar anaknya di rumah karena tidak berbakat menjadi guru. “Menyerah Main Guru-Guruan”, tulisnya.
Ia khawatir tidak terjadi kegiatan belajar mengajar, tetapi malah kegiatan hajar-menghajar yang merusak hubungan orangtua dan anak. Ditambahkan pula dengan nada sinis karena terlalu lama terjun di dunia perpancian. Sungguh kekesalan yang menyentuh warganet yang rajin berselancar di dunia maya. Tentu saja keluhan itu bukan imajinasi semata, melainkan faktual dan kontekstual saat belajar dari rumah (BDR) menjadi pilihan bersama.
Kedua, mengedukasi orangtua terkait penggunaan alat Teknologi Informasi khususnya Smartphone agar dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan komunikasi dalam pembelajaran. Hal ini juga dimaksudkan agar orangtua dapat memantau dan berkomunikasi dengan anak-anaknya dalam belajar. Komunikasi dalam pembelajaran bukan sekadar komunikasi guru – murid, tetapi juga komunikasi dengan orangtua.
Dengan komunikasi ketiga komponen itu (orangtua, guru, siswa) akan membantu guru mendapatkan informasi terkait dengan sikap dan keprbadian anak asalkan informasi yang disampaikan orangtua jujur. Hal ini akan menjadi referensi yang memadai bagi guru terkait dengan sikap dan nilai-nailai yang dianut anak dalam keluarga. Referensi ini sejalan dengan kompetensi pedagogik yang seharusnya menjadi panduan bagi guru melayani dan memfasilitasi anak sebagai manusia pembelajar. Guru seyogyanya menghamba kepada sang anak, sebagaimana telah dipopulerkan oleh Ki Hadjar Dewantara di Perguruan Taman Siswa, sebelum Indonesia Merdeka.
Ketiga, terimpisit maksud bahwa pendidikan anak adalah tangggung jawab bersama pada tripusat pendidikan (keluarga, sekolah, dan, masyarakat). Melalui keluargalah, pondasi karakter, literasi, dan numerasi di bangun, melalui sekolah dikuatkan, dan melalui masyarakat dibudayakan. Oleh karena itu, gotong royong dalam bidang pendidikan harus menjadi satu kesatuan gerak langkah ketiga jalur pendidikan sesuai dengan sifat dasar manusia Indonesia, sebagai implementasi dari nilai-nilai Pancasila.
Keempat, memberikan masukan bagi para guru di sekolah untuk memperbaiki metode dan pendekatan pembelajaran masa pandemic Covid-19. Kelas Parenting menjadi penting bagi guru untuk merefleksikan kembali proses pembelajaran yang dilakukan terhadap siswa selama BDR. Dengan masukan itu, guru diharapkan arif bijaksana, sabar dan sadar mengaktualisasikan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna. Sabar menghadapi kecepatan para siswa yang bervariasi dalam memahami konten pembelajaran, dan sadar bahwa setiap siswa adalah individu yang unik. Dengan pemahaman itu, guru dapat bertindak lebih demokratis terhadap siswa.
Selain sisi positip itu, Kelas Parenting secara daring melalui aplikasi zoom juga ada sisi negatifnya. Pertemuan terasa hambar, gangguan sinyal tiba-tiba terputus, kelelahan mata menyimak, belum lagi ada aktivitas dalam keluarga yang tiba-tiba tanpa perencanaan sebelumnya, misalnya kedatangan tamu. Selain itu, tidak semua orangtua bisa terhubung melalui zoom karena alasan akses, keterampilan, atau biaya. Maklumlah, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi orangtua siswa yang beragam.
Gangguan-gangguan itu seharusnya tidak mematahkan semangat orangtua mengikuti Kelas Parenting apalagi kegiatan yang dilaksanakan juga disiarkan secara live stremming melalui kanal youtobe sekolah. Orangtua yang berhalangan hadir saat Kelas Parenting berlangsung, masih dapat menyimak secara fleksibel di mana saja dan kapan saja. Jejak digital kegiatan sekolah juga dapat diakses oleh orangtua dari sekolah lain. Ini juga menjadi media promosi bagi sekolah, lebih-lebih SMA Negeri 2 Kuta Selatan baru berdiri dan belum banyak dikenal masyarakat.
Dengan menggandeng psikolog Insight Yogyakarta, Debri Setia Ningrum, M.Si., M.Psi, mengajak seluruh peserta Kelas Parenting agar selalu berkomunikasi dengan anak-anak secara humanistik dengan berpikir positip, lebih-lebih pada masa pandemi Covid-19. Mengapa ? Pertama, hambatan komunikasi bisa menimbulkan bencana keluarga dalam mendidik anak. Remaja SMA adalah masa pubertas yang masih dalam tahap pencarian jati diri sehingga perlu pendampingan orangtua sebagai teman dialog lahir batin, dengan mengedepankan komunikasi yang edukatif fungsional dan persuasif.
Kedua, dari pikiranlah perbuatan muncul. Perbuatan membentuk kebiasaan dan kebiasaan membentuk watak/karakter seseorang. “Dengan pikiran positip, potensi diri dikembangkan secara optimis, jernih, mendalam, luas, dan berorientasi pada masa depan”, kata Debri. Dengan demikian, pikiran positip selain obat untuk menjaga imun dan merawat iman juga sebagai senjata menatap masa depan bahagia dan gemilang. Semoga semua hidup berbahagia menuju Indonesia Maju. Merdeka !
(*/Ans).