Jakarta, faktapers.id – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menyebut pendapatan perusahaan dari penjualan tiket selama bulan Ramadan rata-rata turun 10 persen tiap tahunnya. Hal itu lantaran penerbangan pada dua pekan pertama Ramadan terbilang sepi dibandingkan bulan-bulan biasanya.
Direktur Niaga Garuda Indonesia, Pikri Ilham Kurniansyah, mengatakan, setiap tahun perusahaan mengantongi pendapatan dari penjualan tiket rata-rata Rp 50 triliun, di mana per bulannya berkisar Rp 4 triliun-Rp 5 triliun. Artinya, potensi penjualan tiket selama Ramadan hanya sekitar Rp 3,6 triliun-Rp 4,5 triliun.
Menurut Pikri, mayoritas masyarakat umumnya memilih fokus beribadah di rumah bersama keluarga pada pekan pertama Ramadan, sehingga tak banyak yang bepergian atau berlibur. Lalu, pekan kedua diisi oleh berbagai acara buka bersama dengan kerabat.
“Jadi puasa Lebaran ini di bisnis maskapai penerbangan itu orang pikir musim puncak, padahal nggak. Puasa ini sangat rendah, sangat sedikit orang bepergian,” kata Pikri, Rabu (6/5/19).
Kepadatan penerbangan baru akan terjadi pada pekan ketiga Ramadan. Sejumlah masyarakat sudah mulai pergi ke kampung halamannya masing-masing untuk merayakan hari raya bersama keluarga.
Kendati demikian, hal itu tetap tak menutup sepinya penumpang pada dua pekan pertama Ramadan. Menurut dia, penumpang hanya ramai saat rute pergi atau ke luar DKI Jakarta, sedangkan ketika pesawat kembali tingkat keterisiannya sangat rendah.
“One way sekali jalan saja, misalnya Jakarta ke Yogyakarta penuh, tapi Yogyakarta ke Jakarta kosong. Jadi pasti kan banyakan hari biasa,” ujar Pikri.
Maka itu, pihaknya berhati-hati dalam menambahkan jatah kursi pesawat setiap momen mudik. Tahun ini, Garuda Indonesia memutuskan menambah kursi sebanyak 50 ribu.
“Angkanya masih naik dibandingkan 2018 45 ribu kursi tambahannya. Ini karena pemerintah target jumlah pemudik juga bertambah,” terangnya.
Penambahan kursi itu khususnya diberikan untuk rute tujuan mudik, seperti Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, dan Padang. Pikri memprediksi Padang menjadi tujuan paling banyak tahun ini.
“Karena ke Yogyakarta lalu Semarang dengan adanya tol itu tidak banyak lagi (jumlah penumpang) dibandingkan dengan sebelumnya,” pungkas Pikri. (*)