Menilik Sekelumit Sejarah Hari Santri Nasional

760
×

Menilik Sekelumit Sejarah Hari Santri Nasional

Sebarkan artikel ini

Jakarta, faktapers.id – Hari ini, empat tahun yang lalu di Masjid Istiqlal, Presiden Joko Widodo menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Sejak itu, setiap tanggal 22 Oktober setiap tahunnya diperingati secara Nasional.

Peringatan Hari Santri Nasional ini bertujuan untuk meneladani perjuangan pendahulu dalam membangun semangat keindonesiaan. Tak hanya merujuk pada komunitas tertentu saja, tetapi merujuk pada mereka yang dalam tubuhnya mengalir darah Merah Putih dan tarikan napas kehidupannya terpancar kalimat La ilaha illa Allah.

Penetapan ini berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 yag ditandantangani pada 15 Oktober 2015. Alasan lain adalah peringatan Hari Santri ini mengacu pada peristiwa yang terjadi pada tanggal yang sama tahun 1945.

Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Komaruddin Amin, peringatan ini untuk mengingat perjuangan KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, dan Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto yang telah menciptakan organisasi Islam yang sangat berperan penting dalam perjalanan bangsa.

”Mereka merupakan tokoh yang memiliki komitmen Islam dan komitmen kebangsaan yang luar biasa. Hal inilah yang harus terus kita kenang”, papar Komaruddin.

Kala itu, KH. Hasyim Asy’ari yang menjabat sebagai Rais Akbar PBNU menetapkan Resolusi Jihad melawan pasukan kolonial di Surabaya, Jawa Timur. Peran ini sangat terlihat pada tanggal 21 dan 22 Oktober 1945 saat pengurus NU Jawa dan Madura menggelar pertemuan di Surabaya.

Pertemuan tersebut dilakukan untuk menyatakan sikap setelah mendengar tentara Belanda berupaya kembali menguasai Indonesia dengan membonceng Sekutu.

Pada 22 Oktober 1945, Hasym Asy’ari menyerukan imbauan kepada santri untuk berjuang demi Tanah Air. Resolusi itu disampaikan kepada pemerintah dan umat Islam Indonesia untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan bangsa.

Pada akhirnya, resolusi ini membawa pengaruh yang besar. Bahkan, berdampak besar setelah Hasyim Asy’ari meneyrukan resolusi ini.

Hal ini membuat rakyat dan santri melakukan perlawanan sengit dalam pertempuran di Surabaya. Banyak santri yang aktif terlibat dalam pertempuran ini. Perlawanan rakyat dan kalangan santri ini kemudian membuat semangat pemuda Surabaya dan Bung Tomo turut terbakar.

Hingga akhirnya perjuangan tersebut menewaskan pemimpin Sekutu Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby. Mallaby tewas dalam pertempuran yang berlangsung pada 27-29 Oktober 1945. Hal inilah yang memicu pertempuran 10 November 1945.

Semoga di Hari Santri yang merupakan sebuah pemaknaan sejarah yang otentik ini, dapat menjadi semangat baru sekaligus mengenang betapa perjuangan bangsa Indinesia ini dibangun di atas keikhlasan dan ketulusan para santri yang berpaham merah putih. Herry

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *