Majalengka, faktapers.id -Menjelang pilkades secara serentak Kab Majalengka tahun 2019,Bupati Majalengka DR.H.Karna Sobahi M.M.Pd bersama para calon Kades menggelar evaluasi pelaksanaan pilkades serentak tahun 2019 bertempat di Graha Sindang Kasih Rabu (23/10/2019).
Karna Sobahi mengatakan,secara kewilayahan di Majalengka Kapolres Majalengka sudah melaksanakan road show kepada panitia dan para calon kepala desa (Cakades) agar Pilkades serentak yang bakal digelar 2 November mendatang berjalan dengan terkendali, aman, nyaman dan lancar.
Kemudian selanjutnya, sebagai upaya demi lebih memantapkan ke tahapan berikutnya pra Pilkades tersebut, Bupati Majalengka mengumpulkan dengan pendekatan secara kekeluargaan kepada 383 kandidat Cakades dan unsur yang terkait dalam kegiatan evaluasi pelaksanaan Pilkades serentak 2019.
Dalam kegiatan tersebut Bupati Majalengka menyampaikan berikut meminta agar berkaca dari pengalaman agenda politik di Majalengka selalu berjalan kondusif tidak hanya Pilkades, tetapi juga Pilkada maupun Pileg dan Pilpres.
“Coba itu dijadikan modal untuk 2 November di 141 desa. Terutama mulai dari penataan penyelenggara. Terlebih pernah terjadi pengalaman yang lalu ada dua desa yang berbeda kebijakan. Di satu desa mencoblos sampai tembus disepakati, boleh. Sedangkan di desa lainnya dinyatakan tidak diperbolehkan,” kata Bupati Kab. Majalengka, DR. H. Karna Sobahi, M.M.Pd.
Menyikapi persoalan di atas, menurut pandangan Bupati agar sebelumnya dibuat sebuah kesepakatan selama aturan itu memungkinkan. “Silahkan saja, agar nanti tidak akan terjadi aduan-aduan ke PTUN dan sebagainya,” ucapnya.
Bupati mengingatkan, dengan adanya animo yang tinggi minat menjadi kepala desa saat ini luar biasa menjadikan tingkat kompetisinya pun sangatlah tinggi.Maka, hal itu haruslah menjadi sebuah acuan untuk diwaspadai bagaimana ketika kompetisi terjadi di level bawah.
“Saya harap, momen demokrasi ajang Pilkades ini jangan sampai mengganggu suasana kesejukan masyarakat Majalengka. Kita harus menghargai dan mengedepankan masyarakat desa adalah segala-galanya, karena mereka ini sebagai tidak hanya obyek pembangunan tetapi diharapkan menjadi subyek pembangunan,” ungkapnya.(Lintong Situmorang)
