Jakarta, faktapers.id – Program studi magister teknik sipil Universitas Mercubuana, Jakarta Barat menggelar seminar nasional dengan tema pentingnya implementasi dan pemahaman sistem management keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) pada dunia konstruksi era 4.0.
Kegiatan itu dilakukan untuk mengingatkan para pekerja konstruksi maupun mahasiswa untuk membudayakan keselamatan bekerja.
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Mercubuana Jakarta Budi Susetyo menyatakan, dunia konstruksi saat ini masuk ke dalam era digitalisasi dan otomatisasi.
Dengan penggunaan teknologi canggih membuat resiko kecelakaan kerja juga semakin tinggi.
“Dengan digitalisasi dan otomatisasi tentu konten peralatan teknologi konstruksi semakin tinggi, resiko dari situ akan semakin besar,” ujarnya, kemarin (2/10/2019).
Budi menegaskan, yang terpenting dalam pengerjaan konstruksi bukan hanya masalah mutu bangunan. Tapi, masalah keselamatan juga harus di junjung tinggi. Mengingat pekerja konstruksi memiliki resiko pekerjaan yang tinggi.
“Industri konstruksi memiliki resiko yang cukup tinggi, salah satu industri yang memberikan kontribusi pada kecelakaan kerja yang terbesar dalam statistiknya,”terangnya.
Disisi lain, lanjutnya, di era 4.0 pelaksanaan superfisi ataupun kontroling menjadi lebih mudah. Sebab, semua sudah dapat dipantau secara online.
“Kalau dulu pelaksanaan SMK3 berdasarkan toolbox yang manual kalau sekarang sudah digital,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPP Astekindo Iman Purwoto mengatakan, pihaknya terus melakukan pengembangan potensi dan pengetahuan para pekerja konstruksi. Pihaknya, kata Iman, juga memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi dalam memberikan pelatihan mengenai SMK3.
“Sekarang kita banyak menggunakan aplikasi pembelajaran. Kadang instruktur kami menggunakan Google Classroom dan lainnya sehingga bisa diakses mudah,” katanya.
Dengan kecanggihan internet, akan memudahkan para pekerja konstruksi yang berada di pedalaman. Pasalnya, mereka tidak harus hadir mengikuti berbagai pelatihan demi memperoleh sertifikat keahlian.
“Walaupun online tetap ada tahapan evaluasi untuk memastikan mereka betul-betul pelajari. Barulah kita bisa mengeluarkan sertifikat,” tuturnya.
Dia menambahkan, pihaknya akan terus berupaya agar SMK3 tidak hanya dipahami tapi juga dijadikan budaya dalam bekerja. Dengan begitu, kecelakaan kerja dapat diminimalisir.
“Kebudayaan itu dibentuk dari kebiasaan, jadi bagaimana membuat itu menjadi kebiasaan,”tambahnya.(man)