Headline

Sinegeritas Adat Dan Dinas Anturan Sambut Hari Raya Nyepi Bersihkan Kawasan Suci

563
×

Sinegeritas Adat Dan Dinas Anturan Sambut Hari Raya Nyepi Bersihkan Kawasan Suci

Sebarkan artikel ini

Singaraja.Bali.Faktapers.id – Dalam rangka menyambut hari raya Nyepi Caka 1942 tahun 2020 yang jatuh pada Rabu(25/3) para umat hindu di Bali mulai melaksanakan pembersihan dan penataan kawasan desa untuk nantinya dipakai persembahyangan bersama memohon keselamatan agar Catur Berata (Empat Larangan ) Penyepian berjalan dengan baik sesuai kehendak bersama.

Seperti pembersihan kawasan pantai Desa Anturan yang nantinya kerama adat akan menggelar upacara bersama serangkaian Nyepi. Penataan pantai yang sudah sangat luas dari kerama(masyarakat) Anturan sehingga tempat tersebut telah menjadi kawasan untuk antar jemput wisatawan yang hendak melihat Dolpin ketengah laut.

Pembersihan kawasan pantai Desa Anturan Sabtu(14/3) pukul 07.00 wita , dengan menghadirkan ratusan keramat adat dan dinas, siswa siswi SD 1,SD 2,SD 3 Anturan ,SMP PRGRI,SMA Mapindo serta para guru pengajar sekolah, Bhabinkam,Babinsa .

Kelian Adat Desa Anturan Ketut Mangku dikonfirmasi Faktapers.id,usai melakukan pembersihan kawasan pantai yang dipenuhi dengan sampah kiriman mengatakan, seslain intruksi dari Gubernur Bali pencanangan kawasan bersih dari sampah juga menyambut pelaksanaan Hari Raya Nyepi tahun Caka 1942 ,

”Pembersihan buana agung dan buana alit, kami dari desa adat Anturan mereresik (bersih-bersih) tempat yang nantinya kita jadikan tempat persembahyangan bersama yaitu Melasti. Disamping itu himbauan dari pemerintah provensi dan kabupaten untuk selalu mejaga kebersihan lingkungan dari perumahan masing-masing dan ketempat umum agar Bali bersih dari sampah seperti sampah plastik, dan kebersihan ini bukan saja saat tertentu tetapi berkesinambungan karena ini kawasan pariwisata,” pungkasnya.

Di Bali umat Hindu melaksanakan upacara Melasti dengan mengusung pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya dengan hati tulus ikhlas, tertib dan hikmat menuju samudra atau mata air lainnya yang dianggap suci. Upacara dilaksanakan dengan melakukan persembahyangan bersama menghadap laut.

“Setelah upacara Melasti usai dilakukan, pratima dan segala perlengkapannya diusung ke Balai Agung di Pura Desa. Sebelum Ngrupuk atau mabuu-buu, dilakukan nyejer dan selama itu umat melakukan persembahyangan,”jelas Ketut Mangku yang kembali dipilih menjabat oleh kerama Adat.

Disinggung terkait ketertiban masyarakat saat melaksanakan Catur Berata Penyepian, dan mengantisipasi untuk tidak terulang lagi peristiwa silam dimana warga Anturan saat itu melanggar Catur Berata tersebut bahkan pihak desa akan menyiapkan tim khusus untuk menjaga Nyepi terlaksana aman, tentram.

”Untuk mengantisipasi itu kami sebelumnya sudah memberikan sosialisasi warga supaya tidak melanggar ketentuan Nyepi. Dan siapapun yang melanggar Nyepi kami adat akan memberikan tindakan khusus. Seluruh prejuru adat akan terlibat mengamankan jalanya Nyepi yang sudah diakui dunia sebagai Hari Nasional. Kami harap juga masyarakat mari jaga hari raya suci itu dengann baik”tegasnya.

Sementara Kepala Desa Anturan Ketut Soka, mantan Kepala BLK Buleleng yang dinilai loyar oleh masyarakat kendati baru menjabat seumur jagung sudah mulai menggagas program jangka panjang dan menengah serta menggugah semangat masyarakat Desa Anturan untuk membangun dan menjaga Nyepi berjalan sesuain keinginan bersama.

”Sinegeritas Dinas dan Adat kami akan gerakan kembali, apalagi Desa kita sedang ditunjuk untuk mengikuti lomba desa. Nah terkait Nyepi kami selalu wujudkan keamanan dan kenyaman itu, dengan melibatkan seluruh Linmas serta pecalang Adatsehingga sinegeritas itu satu arah desa dinas dan adat menjadi satu kesatuan untuk menbangun. Jadi kami tidak mengingikan kejadian silam terulang untuk itu masyarakat agar menyadari bahwa Nyepi mengandung arti dan makna yang sangat relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang,” tuturnya.

“Melestarikan alam sebagai tujuan utama upacara Tawur Kesanga tentunya merupakan tuntutan hidup masa kini dan yang akan datang. Bhuta Yadyña (Tawur Kesanga) mempunyai arti dan makna untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan,”sambungnya.(des)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *