Maros, Faktapers.id – Beberapa bangunan milik Pemkab Maros mendapat sorotan dari beberapa kalangan warga.
Pasalnya, bangunan tersebut dinilai mubazir dan buang-buang anggaran saja.
Sejak dibangun beberapa tahun terkahir bangunan yang disoroti belum pernah difungsikan sesaui fungsinya.
Tiga bangunan di antaranya yakni, Hotel PTB yang berada di kawasan kuliner Maros.
Gedung Trauma Centre di Kelurahan Bontoa, Kecamatan mandai dan pusat Ole-ole di Jl Jenderal Sudirman, Buttatoa.
Hal itu dikatakan oleh seorang warga, A, Baso. “Ada tiga bangunan besar yang berada di daerah kota, kondisinya terbengkalai. Tidak pernah difungsikan sesuai peruntukannya secara maksimal,” katanya.
A. Baso menyebut sebelum jadi hotel, bangunan di pusat kota Maros adalah gedung putih dan diperuntukkan kepada pedagang kuliner.
Namun sebelum di tempati, gedung kuliner itu disulap lagi jadi hotel. Dan beberapa tahun terakhir, hotel tidak pernah difungsikan, padahal sudah beberapa kali renovasi.
“Yang pertama Hotel PTB itu. Dulunya bangunan khusus kuliner, tapi direnovasi dan dijadikan hotel. Hotel yang tidak terurus,” katanya.
A.baso mengaku telah memasuki masuk ke ruangan hotel, karna kondisi pintu sedang terbuka
Tidak ada aktivitas perhotelan d hotel PTB tersebut. Kondisi sepi.
A. Baso juga mempertanyakan pengelolaan hotel itu. Pasalnya, instansi yang mengelola tidak jelas.
“Saya sudah tanya ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, katanya bukan dia yang urus. Lalu siapa bertanggungjawab,” ujarnya.
Sementara bangunan Pusat Trauma Centre, kondisi gedung juga tidak terurus. Tak ada aktivitas di gedung tersebut.
Tak satupun petugas yang berada di gedung itu untuk melayani warga.
“Hampir setiap hari yang melintas di depan gedung trauma Centre, tapi saya tidak pernah lihat ada orang,” lanjut dia.
Sejak bangunan itu rampung tahun lalu, tidak ada lagi orang yang berada di gedung.
Sementara untuk bangunan ketiga yakni Gedung pusat Ole-ole.
Gedung tersebut dibangun beberapa tahun lalu, namun belum pernah difungsikan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan namanya, gedung tersebut harusnya digunakan untuk memasarkan ole-ole khas Maros.
Jika hal itu dilakukan Pemkab, maka UMKM atau usaha rumahan bisa berjalan maksimal.
“Apalagi itu gedung berada di pinggir jalan dan parkiran yang luas. Tapi kenapa dibiarkan terbengkalai,” ujarnya.
Hal yang sama dikatakan oleh Ketua LSM Sorot Maros, Ismar.
Ismar menyebut, tiga gedung dengan anggaran miliaran rupiah tersebut menjadi sampel buruk diakhir periode Hatta Rahman sebagai Bupati Maros.
“Bayangkan, gedung di pusat keramaian saja dibiarkan terbengkalai. Bagaimana dengan kondisi bangunan di daeah pedalaman,” ujarnya.
Terbengkalalinya bangunan tersebut bisa menjadi citra buruk diakhir periode Hatta Rahman.
“Kami minta pak bupati turun langsung memantau bangunan di Maros. Jangan sampai banyak anak buahnya yang member laporan palsu,” katanya.
Ismar mempertanyakan azas manfaat pembangunan gedung yang terkesan buang-bung anggaran saja.
“Ada yang bisa jelaskan, apa manfaatnya gedung-gedung itu. Kalau menurut saya, hanya buang anggaran saja,” ujarnya. Anchank