Singaraja.Bali, Faktapers.id- Sebelum wabah virus Corona melanda Indonesia, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sudah marak terjadi bahkan meningkat jika dibandingkan pada periode waktu yang sama tahun-tahun sebelumnya di Bali.
Peningkatan kasus DBD di Bali telah terlihat sejak Januari 2020. Kondisi ini di terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota. Kabupaten dengan jumlah kasus paling tinggi dalam empat bulan terakhir, sepanjang Januari sampai April, yakni Kabupaten Buleleng.
Menindak lanjuti laporan masyarakat Kelurahan Banyuning/Buleleng bahwasanya salah seorang anak usia lima tahun diserang wabah penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) dan meninggal dunia saat mendapat perawatan di RSUD Singaraja Bali .
Korban-nya adalah Kadek Dikis Satya Darma(5) asal Lingkungan Banyuning Tengah, sebelumnya Satya mengalami demam dengan tubuh panasm Karena beberapa hari masih timbul panas yang tidak mau turun, orang tua korban kemudian melarikan anaknya ke bidan terdekat.
Dengan semakin parah bindan merujuk ke RSUD Singaraja dan mendapat perawatan insentif, syang kekuatan tubuh Satya Darma tak mampu menahan deman yang dirasakan tersebut dan meninggal dunia Minggu(6/12) dan dikuburkan secara upacara adat Hindu di Bali (9/12).
Khawatir wabah itu akan menyebar luas kemasyarakat sekitar, Lurah Banyuning Nyoman Sutata.A.M.Pd melayangkan surat permohonan Foging kepada dr Ketut Putra Sedana,S.Pog selaku ketua BMI (Banteng Muda Indonesia) Buleleng. Tanpa pandang pikir dr Putra Sedana yang lazim masyarakat menyebut dengan panggilan dr Caput langsung bertindak sigap. Fogging dilaksanakan Kamis (9/12) pukul 08.09 wita menyasar Jalan P Menjangan Gang Ken Arok, Jalan Gempol sebelah barat pura Mayun.
Ditemui Faktapers.id setelah Fogging dengan pencegahan dini penyebaran wabah DBD bersama pasukan LDC (Loyalis Dokter Caput) yang dibagi dua grup dalam penyemprotan pembasmi DBD mengatakan,”Baru tadi kita laksanakan kemasyarakat sesuai dengan permohonan dari Lurah Banyuning bahawa ada warganya yang menderita DB dan meninggal, ini adalah keprihatinan kita bersama yang mana anak kecil meninggal dunia akibat DB. Kita lakukan fogi dari titik terjangkit sampai radius 300 meter. Informasi yang kami terima bahwa anak tersebut emang kondisinya panas dan sempat dibawa kebidang kemudian dirujuk ke RSUD nah disana korban meninggal karena kondisinya yang semakin parah,”ujar dr Caput.
Penyakit musiman ini lebih parah dari virus corona yang kini menghantui masyarakat, bahkan penyerangan wabah DB di Bali, Buleleng peringkat pertama. Caput lebih lanjut mengatakan, “Kita setiap tahun mendapat ancaman ini, dengan kondisi ini kami dari BMI jelas telah siap sebelum hujan artinya antisifasi penyebaran. Disamping fogging kita pung memberikan edukasi dini kepada masyarakat agar selalu menjaga lingkunganya karena kunci dari DB ini pencegahan adalah 3M dengan memperhatikan lingkungan dengan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan yaitu: menutup tempat-tempat yang dapat menampung air, menguras dan membersihkan tempat-tempat penampungan air, serta mendaur ulang benda-benda yang dapat menampung air. Sedangkan untuk poin Plus yakni menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan repelan (misalnya lotion anti-nyamuk), memasang kawat kasa, pembubuhan bubuk Abate, menebar ikan pemakan jentik
”ujarnya.
Dalam satu penampungan air, nyamuk aedes aegypti ini bisa menetaskan telur sebanyak 100 sampai 200. Selama periode hidupnya, nyamuk ini bisa bertelur sampai 4 atau 5 kali, setelah itu dia akan mati dengan sendirinya.
“Kegiatan ini jika dilakukan secara berkala dan terus-menerus, maka pengendalian populasi nyamuk pasti bisa dilakukan. Sehinga kasus dapat ditekan bahkan bisa dihilangkan dan kita terbebas dari wabah tersebut,”jelas dr Putra Sedana. Des