Serang, Faktapers.id – Sepanjang aliran Kali cikambui tercemar limbah dan menimbulkan bau busuk yang sangat menyengat di duga bersumber dari limbah perusahaan yang ada di Kawasan Industri Moderen sehingga warga terganggu mulai dari Kampung Kemuning yang bersebelahan dengan kawasan industri Moderen Cikande, hingga Desa Cijeruk sejauh kurang lebih 6 – 7 km.
Menurut keterangan dari beberapa warga yang hampir setiap hari berladang di sekitar aliran sungai Cikambui menyebutkan, bau busuk yang tidak sedap ini terjadi setiap hari. Sehingga, warga sekitar aliran sungai seolah dipaksa untuk bersahabat dengan bau tersebut. Begitupun ketika di tanya asal bau itu, warga dengan gampang menduga bahwa bau itu berasal dari perusahaan yang ada di kawasan industri Moderen Cikande.
“sudah sejak lama kami bersahabat dengan bau seperti ini pak, bahkan setiap hari kami mencium bau busuk ini, bau busuk ini mungkin berasal dari pabrik udang yang ada di kawasan industri Moderen,” kata Udin warga Desa Cijeruk, yang saat itu sedang mengerjakan Bronjong di pintu air Sungai Cikambui.
Udin juga mengaku tidak tahu harus mengadu kepada siapa terkait bau busuk di aliran sungai Cikambui ini. Pada hal, hampir semua warga mengetahui dan pernah mencium bau yang tidak sedap itu.
“kami ini orang kampung hanya bisa mengeluh kan baunya, kalau mau ngadu, mengadu kepada siapa, kami tidak mengerti jalurnya,” ujar Udin.
Hal senada juga di keluhkan Juli, warga Kampung Kemuning yang setiap hari menggembalakan kambingnya di pinggiran kali Cikambui. Juli mengakui bahwa bau busuk itu tercium setiap hari.
“bau nya seperti bau bangkai yang sudah busuk, apa lagi pas saat hujan atau pas terik matahari baunya makin terasa, bau nya juga bikin pusing kepala,” kata Juli, sembari menghalau 6 ekor kambing ternaknya di pinggiran sungai Cikambui.
Salah seorang pemancing yang di temui awak media di pinggir Sungai Cikambui mengatakan, kemungkinan bukan hanya bau busuk yang sudah mencemari Sungai Cikambui, mungkin sudah ada zat kimia lainnya.
“sepanjang aliran Sungai Cikambui, mulai dari Kampung Kemuning hingga muara sungai di Cijeruk sudah jarang ada ikan air tawar seperti mujahir, ikan sepat, ikan yang bisa bertahan hidup di Sungai itu hanya ikan gabus dan ikan sapu-sapu,” ujar pemancing yang tidak mau menyebutkan jati dirinya.
Kampung Kemuning sendiri merupakan daerah dimana sekitar 2 Ha lahan seperti danau buatan di gunakan untuk menampung limbah cair dari perusahaan di kawasan industri Moderen. Limbah cair dari danau buatan ini langsung mengalir ke Sungai Cikambui.
Juhri, salah seorang warga Desa Nagara, saat memandu awak media menyusuri aliran Sungai Cikambui menceritakan, dugaan bagaimana aliran sungai Cikambui itu menimbulkan bau busuk. Sungai Cikambui yang bermuara ke Sungai Ciujung di Desa Cijeruk, Kecamatan Kibin merupakan awal penelusuran.
Memasuki pintu air aliran sungai Cikambui di Desa Cijeruk sudah terasa bau busuk menyegat, air nya keruh agak kecoklatan, ikan sapu-sapu kelihatan muncul di permukaan air.
“kemungkinan hanya ikan sapu-sapu dan ikan gabus yang bisa bertahan hidup di sungai ini,” kata Juhri sembari menutup hidungnya karena bau busuk.
Juhri bercerita, pernah ada kejadian, ikan yang ada di aliran Sungai Cikambui dan Sungai Ciujung pada mati, saat itu yang di salahkan PT Indah Kiat, pada hal aliran Sungai Cikambui yang sudah tercemar oleh limbah cair yang di duga berasal dari kawasan industri Moderen.
“ikan-ikan nya pada ngambang di aliran Sungai Cikambui dan terbawa arus air ke muara sungai Ciujung,” ungkapnya.
Meskipun saat itu panas terik matahari, dengan penuh semangat, Juhri menunjukkan gorong-gorong dari beberapa perusahaan di Jln Utama Modern Industri samping Kav 12 yang mengalirkan limbah cairnya lewat kanal buatan. Kanal buatan seluas kurang lebih 7-8 meter ini menjadi saluran pembuangan limbah cair itu ke penampungan danau buatan seluas kurang lebih 2 Ha di Kampung Kemuning.
Di kanal pembuangan limbah cair dari beberapa perusahaan di kawasan industri Medern ini terlihat airnya hitam pekat, berbau dan terlihat seperti berminyak. Lalat berwarna hijau terlihat sangat banyak di sudut kolong jembatan Jln Utama Modern Industri di mana salah satu industri udang membuang limbah cairnya.
” baunya hampir sama dengan yang di aliran Sungai Cikambui, artinya dugaan masyarakat tentang bau yang timbul di aliran sungai Cikambui mendekati kebenaran,” ujar Juhri.
Juhri juga mengatakan bahwa ada beberapa perusahaan yang membuang limbah cairnya melalui kanal buatan itu, seperti pabrik udang, pabrik kulit, PT Phokphand dan masih ada perusahaan lainnya.
“kita juga tidak tahu, apakah limbah cair yang di buang ke kanal buatan itu sudah memenuhi baku mutu sesuai dengan amanat undang-undang atau aturan yang sudah ditetapkan,” katanya.
Juhri berharap, aparat Desa yang bersinggungan dengan aliran sungai Cikambui, Camat dan pemerintah Kabupaten Serang atau Dinas terkait mencari solusi yang tepat, agar bau busuk menyengat di aliran sungai Cikambui bisa teratasi.
“aliran sungai Cikambui, mulai dari Kampung Kemuning hingga muara Sungai Ciujung di Desa Cijeruk sudah sejak lama di keluhkan oleh warga karena mengeluarkan bau yang tidak sedap, kami meminta Bupati Serang Ibu Hj Ratu Tatu Chasanah, memerintahkan jajarannya untuk menuntaskan persoalan bau busuk di aliran Sungai Cikambui ini,” pungkasnya.
Ketua Kadin kabuten serang Agus firman Sundari di dampingi WKU Industri Mulia Nugraha di kantornya mengatakan, seharusnya pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Serang mempunyai tugas penting untuk mencegah pencemaran lingkungan oleh limbah industri. Yaitu mengawal dan mengawasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) setiap pabrik di kawasan Cikande moderen.
Terjadinya pencemaran kali cikambui yang menyebabkan bau busuk yang sangat menyengat menjadi bukti lemahnya pengawasan yang dilakukan DLH Kabupaten Serang Terlebih pabrik yang ada di kawasan diduga mencemari sungai tersebut selama bertahun-tahun.
Agus mengingatkan bagi para pelaku industri, alangkah baiknya memiliki kesadaran sendiri untuk bisa mengolah limbah yang dihasilkan oleh industri yang ia miliki dan duduk bersama- sama mencari solusi dalam pengolahan limbah yang dihasilkan oleh industri tentu saja tidak mudah.
Maka dari itu, kerjasama yang baik seharusnya terjalin antara pengelola industri dan masyarakat serta pemerintah sebagai penengah yang memastikan semuanya dijalankan sesuai peraturan yang berlaku. Dengan demikian maka industri tetap dapat berjalan dan keberlangsungan lingkungan yang sehat dapat terlaksana dengan baik, ungkapnya. (RM)
.