Headline

Menkes Sebut Banyak Kasus Konfirmasi Covid Belum Terdata, Akan Terjadi Lonjakan

230
×

Menkes Sebut Banyak Kasus Konfirmasi Covid Belum Terdata, Akan Terjadi Lonjakan

Sebarkan artikel ini

Jakarta, Faktapers – Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin meminta semua pihak tidak panik jika dalam beberapa hari ke depan, akan terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.

Berdasarkan data Kemenkes, hari ini ada tambahan 47.899 kasus baru. Ini merupakan rekor tertinggi selama pandemi Covid-19.

“Saya bisa jelaskan di sini belum semua data itu masuk. Saya terbuka bilang kalau saya melihat masih banyak data yang belum masuk. Apakah angka kita sudah tepat-tepatnya seperti itu mungkin ada yang banyak belum masuk,” kata Budi.

“Nah sekarang kita dorong supaya itu masuk. Bapak ibu mungkin akan lihat lonjakannya, tidak usah panik, terutama teman-teman media, jangan terlalu panik. Mungkin ini sudah kejadian cuma sebelumnya tidak masuk,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Budi bilang lebih baik pemerintah bersikap apa adanya perihal data itu. Sebab dengan begitu respons kebijakan yang lebih baik bisa dilakukan.

“Dari pada kita menutup-nutupi supaya kelihatan baik tapi nanti sebenarnya meledak. Itu yang kejadian di sekarang kan. Tiba-tiba nggak ada kasus konfirmasi masuk RS nya banyak. Orang sebelum masuk RS kan terkonfirmasi dulu,” ujar Budi.

“Nah ini yang sebenarnya kita mau bereskan. Nah bapak ibu mungkin beberapa hari ini akan ada lonjakan. Tapi itu bukannya baru tapi karena memang sebenarnya tak terlaporkan saja, sekarang jadi masuk terlaporkan,” lanjutnya.

Perusahaan Borong Obat Covid-19

Obat-obatan terkait Covid-19 kini langka di pasaran. Kuat dugaan, banyak pihak melakukan aksi beli obat-obatan Covid-19 secara besar-besaran.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, banyak perusahaan dan individu yang membeli obat-obatan terkait Covid-19 untuk dijadikan stok.

Ia mengatakan, mereka menstok obat-obatan untuk memberikan rasa aman jika sewaktu-waktu butuh menggunakan obat tersebut.

“Jadi semua orang ingin punya obat di taruh buat stok di rumah. Saya mengerti karena itu memberikan rasa aman, tapi itu mengurangi satu orang yang membutuhkan untuk bisa mendapatkan akses obat dan dia bisa mati,” ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (13/7/2021).

Budi mengatakan, tren menstok obat-obatan diikuti pula oleh perusahaan-perusahaan yang membeli ribuan obat.

Ia bilang, tujuan para perusahaan itu untuk menjamin ketika karyawannya sakit maka bisa membantu dengan memberikan obat tersebut.

Tapi lagi-lagi dia menekankan, perilaku menstok obat-obatan di saat belum membutuhkan, malah akan berdampak sangat buruk bagi orang lain yang benar-benar sedang membutuhkannya.

“Jadi saya melihat perusahaan-perusahaan beli, niatnya baik, supaya nanti karyawannya ada apa-apa dia sudah siapkan paketnya (obat). Tapi yang perlu dipahami adalah itu akibatnya menutup kesempatan orang-orang yang sangat membutuhkan,” ungkap dia.

Oleh sebab itu, Budi meminta perusahaan-perusahaan itu berhenti memborong obat-obatan hanya untuk menstok.

Ia bilang, biarkan mekanisme medis yang berlaku terkait kebutuhan akan obat-obatan tersebut.

“Semua perusahaan-perusahaan besar tidak usah membeli. Karena kalau membeli 10.000 obat, itu ada 10.000 orang yang benar-benar membutuhkan kehilangan akses (obat). Biarkan mekanisme secara medis yang berlaku,” ungkap dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *