Gowa, Faktapers.id – Tim Penggerak PKK Kabupaten Gowa tak henti-hentinya memberikan pelatihan kepada para kader posyandu. Hal ini dilakukan sebagai upaya mendeteksi adanya kelainan pada bayi agar bisa dicegah sedini mungkin.
Kali ini PKK Gowa melatih khusus Kader Posyandu Desa Tindang, Kecamatan Bontonompo Selatan pada Pelatihan Pencegahan dan Penanggulangan Stunting di Baruga Tinggimae, Rumah Jabatan Bupati Gowa, Kamis (25/11).
Ketua TP PKK Gowa, Priska Paramita Adnan mengatakan saat ini pihaknya terus melakukan pelatihan terhadap kader-kader Posyandu agar ketika di lapangan dapat mengetahui tahapan dan mekanisme yang dilakukan terlebih ketika mencatat BB dan TB bayi saat menimbang.
l”Desa Tindang ini salah satu dari tiga desa yang cukup tinggi angka stuntingnya, salah satunya karena dipengaruhi minimnya pengetahuan kader posyandu,” ungkapnya.
Dengan kurangnya pengetahuan kader Posyandu tersebut, PKK Gowa menghadirkan beberapa pemateri yang kompeten dibidangnya yakni dr Setia Budi yang merupakan dokter pesialis anak uang juga Ketua IDAI Sulsel.
“Ini harus menjadi perhatian kita semua, sehingga dokter yang hadir hari ini akan memberikan materi kepada kader posyandu seperti tugas kader Posyandu, gizi anak, dan lainnya, karena saat ini kita bersama-sama mencegah dan mengurangi prefelensi stunting di Kabupaten Gowa,” tambahnya.
Dijelaskan Priska, data stunting di Kabupaten Gowa sangat besar dipengaruhi oleh kader Posyandu dalam melakukan penginputan data saat kegiatan posyandu. Sehingga hal tersebut menjadi tantangan bagi PKK Gowa dalam memberikan pengetahuan bagi kader-kadernya di lapangan yang tersebar di setiap desa/kelurahan.
Ia berharap melalui pelatihan ini para kader posyandu bisa berperan aktif dan memperhatikan buku kesehatan ibu dan anak serta mengetahui target-target kenaiakan berat badan bayi setiap bulannya.
Sementara dr Setia Budi mengatakan permasalahan stuntung memang menjadi permasalahan seluruh Indonesia. Ia menyarankan agar setiap desa/kelurahan memiliki tim yang mendata apabila mendapati kasus stunting untuk dilakukan terapi khusus.
“Sebaiknya ada tim tersendiri yang bertugas ketika mendapati kasus stunting yang memerlukan terapi kebutuhan khusus bagaimana cara merujuk dari tingkat desa ke puskesmas, dan puskesmas ke kabupaten, jangan sampai masalah ini menjadi hambatan,” jelasnya.*/Kartia