Jakarta, Faktapers.id – Dikabarkan Amerika Serikat dan Eropa, Tengah kedatangan Subvarian Omnicron Baru.
Dikutip dari CBS News, kasus EU.1.1 di Amerika Serikat secara keseluruhan saat ini berada di angka 1,7 persen. Bajkan di beberapa wilayah seperti Colorado, Montana, Dakota Utara, Dakota Selatan, Utah dan Wyoming, kasusnya sudah mencapai 8,7 persen.
Selain itu, EU.1.1 disebut-sebut juga sudah menyerang beberapa negara di benua Eropa.
Tentunya Fenomena kemunculan subvarian Omicron baru ini turut mengundang perhatian pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman. Ia menjelaskan subvarian EU.1.1 sebenarnya merupakan turunan dari XBB.1.5.
“Ini asal muasalnya dari XBB.1.5 yang kita tahu sekarang mendominasi dengan kemampuan infeksi yang jauh lebih kuat, termasuk dalam menembus sistem ketahanan tubuh,” katanya kepada media, Minggu (2/7/2023) lalu.
Meski begitu kasus yang mencuat di Amerika Serikat dan Eropa, Dicky berpendapat subvarian EU.1.1 masih belum terlihat apakah nantinya bakal berpotensi memicu gelombang COVID-19 baru atau tidak. Pasalnya, ia menyebut subvarian ini sebenarnya sudah terdeteksi dari awal tahun, namun penambahan kasusnya terbilang sedikit.
“Secara umum saya belum melihat potensi perburukan situasi global atau nasional, meskipun kasus dengan infeksi ini meningkat, terutama di negara-negara dengan kemampuan deteksi dini, genome sequencing yang sudah maju seperti Eropa dan Amerika,” paparnya.
“Di Amerika sendiri masih kisaran di bawah 2 persen deteksi subvarian ini, dan kalau secara global juga masih terlalu awal untuk dianggap sebagai sebuah ancaman,” ujarnya.
Meski begitu, Dicky mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk tidak lengah menanggapi kehadiran subvarian baru ini. Sebab, jika tidak ditangani secara seksama dapat menyebabkan lonjakan kasus COVID yang baru.
“Prinsipnya adalah semakin kita membiarkan virus ini menginfeksi banyak orang, artinya kita mengundang masalah, mengundang lahirnya varian yang bisa benar-benar meniadakan efek vaksin. Ini yang bahaya, karena bisa terjadi lonjakan kasus keparahan atau kematian,” pesannya.
[]