Boyolali, faktapers.id – Mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) program program studi Kesehatan Masyarakat menggelar sosialisasi dan edukasi tentang bahaya penyakit demam berdarah dangue (DBD) dan pencegahannya di Desa Sidomulyo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kegiatan sosialisasi yang merupakan implementasi program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tersebut bertujuan untuk memperkuat sekaligus sebagai upaya pencegahan penyakit demam berdarah di Desa Sidomulyo serta memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat setempat mengingat belakangan ini angka penyakit DBD di Desa Sidomulyo cukup tinggi bahkan sudah menyasar dan menjangkit pada anak kecil.
Dalam penjelasannya dihadapan masyarakat peserta dan 42 orang ibu-ibu kader PKK Desa Sidomulyo, mahasiswi Undip, Arwitha Yolanda Purba ini memaparkan bahaya penyakit oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, yang gejala utama penyakit ini meliputi demam tinggi, nyeri otot dan sendi, serta ruam kulit.
Lebih lanjut Arwitha juga menekankan pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang dapat mengancam jiwa serta berbagai langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko penularan DBD.
“Penyakit DBD ini bisa dicegah secara dini seperti selalu menjaga kebersihan lingkungan dengan menghilangkan tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk, seperti genangan air, dan menggunakan obat nyamuk atau perangkap nyamuk di rumah, serta pentingnya mengenakan pakaian yang menutupi tubuh dan menggunakan obat anti-nyamuk saat berada di luar ruangan,” papa Arwitha di Balai Desa Sidomulyo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat, (2/8/2024).
Kegiatan sosialisasi ini mendapat respon positif dari masyarakat setempat, terutama dari ibu-ibu kader PKK Desa Sidomulyo yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa Undip dalam memberikan edukasi dan mengantisipasi wilayahnya dalam upaya pencegahan penyakit DBD.
Ditempat yang sama, Ketua PKK Desa Sidomulyo, Nur Hidayah menyambut baik atas penyelenggaraan sosialisasi bahaya penyakit DBD dan pencegahannya. Sehingga sebanyak 42 angota kader PKK dan sejumlah masyarakat sekitar begitu antusias mengikuti sosialisasi tersebut yang dibuktikan dengan banyaknya yang bertanya saat mengikuti sesi tanya jawab yang salah satunya pertanyaan terkait keefektifan ikan pembasmi jentik nyamuk.
Tak hanya memberikan pemaparan saja, pada sesi Sesi akhir Arwitha juga membagikan bubuk abate atau bubuk obat pembasmi larva nyamuk yang diharapkan dapat digunakan Ibu PKK untuk mencegah berkembangbiaknya nyamuk DBD di rumah.
Kegiatan ini menunjukkan betapa mahasiswa memainkan peran penting dalam membantu pemerintah sebagai upaya pengendalian dan menekan angka kasus DBD, di Indonesia, khususnya di Boyolali, Jawa tengah.
(Her)