Headline

Selain dari Bansos DPRD, Soma Adnyana Bangun Jembatan Desa Pengelatan Dengan Swadaya

1146
×

Selain dari Bansos DPRD, Soma Adnyana Bangun Jembatan Desa Pengelatan Dengan Swadaya

Sebarkan artikel ini

Singaraja.Bali.Faktapers.id–  Puluhan tahun masyarakat Adat / Dinas Pengelatan Kecamatan Buleleng baik dalam menggelar upacara keagamaan maupun hal lain untuk menuju pusat Desa harus menempuh atau memutar jarak 80 derajat.

Seperti warga Dusun warga Dusun Adat Dauh Tukad, Pengelatan dibelah oleh Sungai/ Tukad Buus. Timur dari Tukad Buus Dusun Sanih, dusun Kelodan dan Kajanan, setiap ada upacara keagaman yang warga adatnya kebanyakan dari Banyuning Selatan. Walaupun secara kedinasan berdomilisi di Banyuning.

Mereka harus memutar arah 180 derajat yaitu kembali ke utara melewati pusat kota ke timur dan keselatan ke jantung desa Pengelatan.

Wayan Soma Adnyana yang kini menjadi DPRD Buleleng duduk di komisi III dan sukses di keluarga. Bahkan salah satu anaknya menjadi Polisi Polda Bali.

Dikonfirmasi Faktapers.id Minggu (1/11) di lokasi pembangunan jembatan, Soma Adnyana menjelaskan jembatan /jalan ini sangat dibutuhkan masyarakat kami. Dan kami pun dari kecil merindukan ada jembatan penghubung antara Dusun Dauh Tukad dan Dusun Kajanan.

“Mengingat jika dibangun jembatan, semua desa akan bisa dihubungkan. Selain mempercepat gerak ekonomi juga mengurangi biaya transportasi,” ungkap  Soma Adnyana yang memiliki nama panggilan Kayag.

Ia mengutarakan perencanaan awal tahun 2017 dari PUPR dengan gambar model baru. Tapi atas dukungan leluhur atau semua pihak, kemudian diberikan petunjuk yang awalnya akan menelan anggaran 7 Mlmiliar. Menjadi setengah dari itu dengan bangunan model Belanda.

“Dari dinas PUPR Provinsi memberi 1,5 Miliar, mengingat kebutuhan dari masyakat akan akses tersebut sangat penting, jembatan penghubung itu menghubungkan seluruh desa seperti Petandakan, Banyuning. Khusus di Petandakan pemerintah membangun SMP N. 5 Singaraja yang dibelah oleh Sungai Buus menjadi penyokong Desa Petandakan, Nagasepeha, Banyuning, Jinang Dalem,” katanya.

Menurutnya kendati secara pisik belum begitu finishing pengerjaanya, Soma Adnyana lebih jelas menyebutkan bantuan 1.5 miliar dari PU Provinsi membuat jembatan dengan tinggi mencapai 23 meter dan panjang 50 meter dinilai masih kurang cukup bahan.

“Sehingga harus secara swadaya mencari dana di masyarakat dengan besik kontraktor gambar PU dirubah. Dari PUPR Provinsi memberikan bantuan 1.5 Miliar dengan konsep gambar akan mencapai 7 miliar. Jadi gambar jembatan awal kita rubah menjadi model belanda dengan bahan-bahan material yang ada . Alat berat yang kami punya kami sumbangkan sendiri selama setahun namun masih belum finish,” beber Soma.

Dirubah konsep gambar, lanjutnya,  diawal menjadi model bangunan Belanda, pasalnya jembatan tersebut masih berstatus milik desa yang dahulu hanya ada jembatan kecil di bawah sungai untuk menyebrang dengan disampingnya ada tempat suci dengan nama Candi Kuning.

“Sumbangan dijembatani DPRD Bali, dengan anggaran 7 M, kapan bisa terwujud ya gitu dibenak. Saya awalnya tidak akan mungkin mampu, dengan profosal itu kami rubah menggunakan model jaman lama dengan sistem pembebanan dari tanah dan bahan yang ada seperti batu kali yang ada disekitar. Berkat kuasa tuhan petunjuk diberikan akhirnya bantuan 1.5 M itu cair 7 Maret 2018 bisa diletakan batu pertama berdiri dengan struktur memenuhi syarat atau layak pakai dengan waktu setahun berproses. Sekarang volume pekerjaan masih 70 persen, disamping itu dari Desa dinas juga memberikan bantuan agar kembali dilanjutkan. Untuk dibawah jembatan kami bikinkan tempat wisata desa seperti pembangunan kolam mandi dan penataan lingkunganya,”urai Soma Adnyana.

Selaku DPRD Buleleng, Soma Adnyana sangat berterimakasih seluruh pihak membantu mewujudkan jembatan yang dirindukan masyarakatnya, baik pemerintah Desa maupun masyarakat, bahkan dikabarkan pemerintah Buleleng melalui Bupati akan bersedia membantu melanjutkan sehingga harapan betul terwujud dan bisa diresmikan baik ditahun ini maupun depan,

“Batas pengaman masih belum ada, trotoar juga. Kami berkeinginan wajah sungai tersebut kedepan sebagai obyek wisata desa. Nanti kita tanami pohon yang bermanfaat untuk mayarakat sehingga asri kelihatanya dan masyarakat juga kami libatkan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Satu hal kami bukanya mau mengakui semua itu, kebetulan besik kami disana jadi seluruh alat berat kami miliki penggunaanya gratis toh juga kedepan untuk anak cucu kami , “ jelas Wayan Soma Adnyana.Des

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *