Singaraja.Faktapres.id –Isu beredarnya pembatalan bandara Buleleng seperti dalam pemberitaan Megawati Suekarno Putri menyebutkan Bandara Buleleng belum disetujui.
“Waktu mau dibangun (bandara baru) lagi di Buleleng, saya kan bilang keluarga besar saya itu di sana mau dibikin lapangan terbang, ngamuk saya, saya panggil Pak Koster (Gubernur Bali) enak aja ku bilang, hanya untuk nguntungin pariwisata, enggak,” kata Megawati saat memberikan pengarahan dalam kunjungan ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur/Bali, Senin (16/1).
Hal ini menjadi teriakan tokoh-tokoh masyarakat Bali Utara untuk kemajuan Buleleng yang selama ini timpang dengan Bali Selatan seperti keluarga Puri Buleleng yang tergabung dalam Trah Tunggal Ki Barak Panji Sakti,
“Kami keluarga Puri dan tokoh masyarakat Buleleng menyatakan sikap adanya kekisruhan jadi atau tidaknya ada Bandara Bali Utara, kami tetap mendukung apapun keputusan atau kebijakan pemerintah daerah maupun pusat,”terang Manggala Utama A.A Wiranata Kusuma (26/1)
Tentang wacana dibangun Bandara Bali Utara atas kepadatan arus penerbangan di Air Port Ngurah Rai yang ada di wilayah Kuta,Bali. Maka itu muncul dan Buleleng menjadi Kambing hitam oleh oknum-oknum bertanggungjawab.
Dicoretnya proyek Bandara Bali Utara oleh pusat, Puri Buleleng tidak mempermasalahkan, namun meminta dengan sangat hormat rakyat Buleleng perlu diperhatikan karena membutuhkan akses kemajuan guna menyatukan Bali
“Kami sampai saat ini belum mendapat akses yang sama/kemajuan sama dengan kabupaten lain di Bali, sehingga kami terkesan daerah terisolir dan terasa jauh. Bahkan belum merasakan bingar bingar hasil pariwisata.
Kalaupun dalam kajian Bandara tidak memungkinkan kami Buleleng masih memiliki legenda-legenda diwarisi berupa pelabuhan Buleleng. Kami mohon pemerintah mengaktifkan kembali transportasi itu, karena IKN dengan Buleleng lurus.
Diketahui sejarah Bali muncul dari Buleleng, dan Buleleng sebelumnya pada tahun 1846 diserang pasukan Belanda, tetapi mendapat perlawanan sengit pihak rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih / Panglima Perang I Gusti Ketut Jelantik. Pada tahun 1848 Buleleng kembali mendapat serangan pasukan angkatan laut Belanda di Benteng Jagaraga.
Pada awal mulanya, Ibu Kota Provinsi Bali (IKB) berada di Singaraja bernama Sunda Kecil dengan Keputusan Menteri dalam negeri dan Otonomi Daerah Nomor 52/2/36-B6 tertanggal 23 Juni 1960, namun Ibu Kota Provinsi Bali dipindahkan ke Denpasar. Sehingga daerah Bali Selatan lebih maju perkembanganya. Sejak kepindahan IKB ke denpasar, Buleleng semakin tertinggal kemajuanya bahkan menjadi daerah ajang perang Kurusetra dalam kata lain ajak perang politik
Puri Buleleng sangat merespon bahkan pemerintah yang telah melakukan berbagai kajian sampai disasar barat dan timur Buleleng untuk dijadikan lokasi sampai puluhan tahun. Namun faktanya sampai berakhir masa kepemimpinan Joko Widodo belum terealisasi.
Puri Buleleng sangat mendukung akan tetapi kini proyek tersebut dicoret bahkan Megawati Soekarnoputri putri dari Soekarno yang ibunya berasal dari Buleleng belum menyetujui adanya Bandara Bali Utara akan tetapi lebih menginginkan peluasan air port Ngurah Rai.
(ds)