Singaraja.Faktapers.id -Guna meningkatkan kesejahteraan peternak khususnya di Kabupaten Buleleng,Bali, Apical bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng.
Diketahui hewan jenis babi merupakan bagian dari sarana upacara umat Hindu. Apical Group, salah satu pengolah minyak nabati terkemuka, melalui PT Asianagro
Agungjaya (AAJ) berkolaborasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng menggelar penyuluhan mengenai pentingnya nutrisi tambahan pada pakan ternak
kepada 36 peternak babi dan perwakilan Badan Penyuluh Pertanian (BPP) 16 Februari 2023 di kantor dinas pertanian Buleleng.
Kendati begitu, namun Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Buleleng, tidak menampik jumlah populasi babi di Bali Utara, kini tercatat sekitar 49.272 ekor. Oleh sebab adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), yang mengakibatkan penurunan populasi babi hampir 20%.
“Ya kalau kita lihat penurunannya (populasi babi-red) kurang lebih 20%, karena PMK ya. Mudah-mudahan sekarang bisa ada peningkatan dengan adanya produk pakan ternak yang nanti bisa kita aplikasikan di masyarakat, termasuk meningkatkan imun ternak babi. Sebelumnya populasi babi di Buleleng sekitar 80 ribu lebih. Kita nanti akan lakukan pendataan lagi untuk populasi babi,” ucap Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng Ir. Made Sumiarta, usai penyuluhan dari Apical Group di aula kantor Dinas Pertanian Kab. Buleleng, Kamis (16/2) kemarin.
Diketahui Apical Group hadir sebagai salah satu pengolah minyak nabati terkemuka, melalui PT Asianagro Agung Jaya (AAJ), melakukan kolaborasi bersama Distan Kab. Buleleng dalam menggelar penyuluhan mengenai pentingnya nutrisi tambahan pada pakan ternak kepada 36 peternak babi dan perwakilan Badan Penyuluh Pertanian (BPP).
Hal terkait sebagai tindak lanjut dari kegiatan sosialisasi penggunaan powder fat untuk pakan ternak yang telah dilangsungkan pada April 2022, di mana bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemerintah Provinsi Bali dan PT Clio Surya Cemerlang sebagai distributor utama produk Optymax yang diproduksi oleh Apical, terutama melalui aplikasi di peternakan anggota BPP di tingkat kabupaten.
“Jadi kolaborasi kita nanti untuk pengembangan ternak babi dapat digencarkan lagi. Dari segi pakan untuk dapat memanfaatkan produk-produk lokal, di mana potensi di Buleleng salah satunya adalah jagung. Bagaimana kita dapat (lagi) memberi manfaat ke masyarakat ketika mereka menanam jagung, produksinya bisa diolah,” kata Sumiarta.
Menurut Sumiarta, potensi bahan jagung di Bali Utara, masih potensial selain kelapa. Ia pun berharap kedepannya perusahaan pengelola pakan ternak dapat mengelola potensi lokal dari bahan jagung.
Namun demikian, adanya diseminasi bagi kelompok target atau individu dalam memperoleh informasi pakan ternak babi saat ini, masyarakat menjadi lebih dapat memilih produk pakan ternak.
“Manakala nanti produk lokal untuk pakan ternak, karena kita potensi lokalnya di sini jagung, ya itu sudah kita berdayakan, masyarakat nanti pasti akan lebih tertarik untuk menanam jagung. Selain dimanfaatkan sebagai pakan ternak, jagung dapat menjadi pengganti beras,” katanya.
Kedepannya, lanjut Sumiarta, dibutuhkan demplot sebagai metode penyuluhan pertanian kepada petani, mereka agar membuat lahan percontohan, mampu melihat dan membuktikan objek ternak babi.
“Perlu adanya demplot untuk zona Timur, Barat, dan lainnya. Di sana bisa kita lihat peningkatan secara signifikan atau tidak, dengan pemberian pakan (Powder Fat Optymax-red), jadi harus ada perencanaannya. Tidak langsung ada investor kita terima, tapi harus ada dampaknya dulu seperti itu. Ketika ada dampak, tentu para petani akan mau mengikuti,” tegasnya.
Sementara itu, George Tjiptamustika selaku Market Development Manager Apical menambahkan kegiatan kolaborasi dengan Distan Buleleng, bermula dari ketertarikan para anggota BPP untuk dilakukan uji coba pengaplikasian powder fat Optymax di peternakan rakyat yang bertujuan mengetahui efektivitas produk ini dalam pembibitan ternak. Karena itulah, sesuai arahan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemprov Bali, dilakukan uji coba kepada hewan ternak milik Suartana, peternak rakyat di Desa Galungan, Sawan, Buleleng.
“Maka uji coba tersebut diawasi langsung oleh para Penyuluh Lapangan di setiap BPP Kabupaten, di mana setiap variabel pengukuran pertumbuhan yang ditetapkan sesuai dengan standard pengukuran Distan, sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan. Melalui kegiatan ini kami ingin mengembangkan dan memperkenalkan produk Optymax kepada para peternak lokal,” terangnya.
Kegiatan uji coba tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, yakni kelompok kontrol atau hewan ternak yang tidak mengonsumsi Optymax dan kelompok perlakuan, atau hewan ternak yang mengonsumsi Optymax, induk babi yang dipilih untuk menjadi objek perlakuan uji coba merupakan indukan yang sudah memasuki usia kehamilan 2 bulan hingga 2 bulan periode laktasi.
Hasil didapat dari uji coba tersebut, terdapat perbedaan yang signifikan antara babi kontrol babi yang tidak mengonsumsi Optymax dan babi yang diberikan Optymax, yakni dari segi ketahanan tubuh, babi yang mengkonsumsi Optymax memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dan laju penambahan bobot anak babi yang induknya mengonsumsi Optymax lebih cepat dibanding bobot anak babi yang induknya tidak mengonsumsi Optymax. Tidak hanya itu, angka kematian anak babi tidak ditemukan pada anak babi yang induknya mengonsumsi Optymax, justru menghasilkan anak babi yang lebih sehat dan juga aktif.
Fajar Marhaendra selaku Centre of Excellence Head Apical menerangkan Apical berkomitmen memberi edukasi dan menyediakan produk inovatif yang dibutuhkan oleh masyarakat luas, tidak kecuali produk nutrisi tambahan untuk pakan ternak. Karena itulah, Apical mengembangkan produk Optymax agar para peternak dapat menerima manfaat lebih dalam mengembangkan ternaknya.
“Melalui Optymax, produk lemak nabati dari turunan kelapa sawit, yang mana berfungsi sebagai suplemen bagi hewan ternak dalam hal pemenuhan kebutuhan lemak sebagai sumber nutrisi dan energi. Maka kami siap mendukung Pemda, khususnya Dinas Pertanian Kab. Buleleng untuk dapat meningkatkan kualitas hewan ternak di Buleleng,” ungkap Fajar.
Mengenai Optymax sebagai suplemen bahan ternak dan natural dari kelapa sawit yang sangat efektif bagi pakan ternak. Kata Fajar, Optymax cukup baku bila dicampurkan dengan bahan baku lain karena Optymax adalah suplemen, biasanya dipakai 1 sampai 5%.
“Kami uji coba di Bali itu 3%, tentu saja komponen lainnya bisa ditambahkan dari jagung, sorgum, dan lainnya. Tentu ini sangatlah potensial dikembangkan di Buleleng. Ini juga memberi manfaat untuk meng-cover energi dari hewan. Apical telah bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam hal penggunaan powder fat Optymax, untuk sapi perah, yang mana terbukti dapat meningkatkan produksi susu sekitar 40-50%. Ini tentu mempercepat target dari berat ternak,” terangnya.
(ds)